SLIDER

Sunday, May 12, 2013

Time Travel Menilik Solo Masa lampau : Keraton kartasura





Selain kraton kasunanan hardiningrat dan Kraton Mangkunegaraan, mungkin tidak banyak yang tahu bahwa di Solo juga ada benda cagar budaya peninggalan sejarah Kraton Kartasura. Ya  keberadaan kraton kartasura tidak lepas dari sejarah dinasti kerajaan Mataram yaitu Surakarta dan Yogyakarta. diawali munculnya pemberontakan Trunojoyo pada tahun 1650 terhadap Sunan Amangkurat I di Keraton Plered yang menyebabkan Sunan melarikan diri daerah Imogiri dan meneruskan perjalanannya ke arah barat. Namun dalam perjalanan itu, Sunan Amangkurat I meninggal di Wanayasa (daerah Banyumas) pada 10 Juli 1677 dan dimakamkan di Tegalwangi, Kabupaten Tegal. Sebelum meninggal, Sunan Amangkurat I sempat mengangkat Pangeran Adipati Anom sebagai penggantinya dengan gelar Sunan Amangkurat II. Putra lain Sunan Amangkurat I yaitu Pangeran Puger melarikan diri ke arah Bagelen (Purworejo) dan mengangkat dirinya sebagai raja dengan gelar Susuhunan Ing Ngalaga. Setelah kembali ke Plered, ia menobatkan dirinya menjadi Raja Mataram. Dan dengan bantuan VOC sunan amangkurat II berhasil menghentikan pemberontakan Trunojoyo, dan kemudian mendirikan kraton disebelah barat pajang yaitu wanakerta. Yang kemudian diberi nama kraton Kartasura Hardiningrat. Untuk lebih jelas mengenai sejarah Keraton Kartasura dapat dibaca disini .



Namun kini keberadaan kraton Kartasura hanya tinggal sisa - sisa benteng yang sudah terlupakan :(. Untuk menuju petilasan kartasura cukup mudah dicapai, terletak di desa Sitihinggil makam haji. Jalan masuknya terletak di Jl. Slamet Riyadi Kartasura (bukan surakarta/solo). Sekitar 6-7km dari rumah saya yang terletak di laweyan. Dari pinggir jalan slamet riyadi kita akan melihat plang penunjuk jalan "petilasan kraton kartosura" tinggal masuk ke gang saja ikuti jalan kita akan melihat beteng bekas peninggalan kraton kartasura.





Namun kini petilasan kraton kartasura sudah menjadi kompleks perkampungan dan pemakaman umum (namun untuk pemakaman sudah ditutup oleh kraton tidak boleh lagi ada yang dimakamkan). Petilasan ini lebih tepat disebut sebagai beteng daripada kraton karena melihat bentuknya yang tersisa adalah sebuah benteng.




Masuk kekawasan petilasan kita tidak diminta tiket masuk, namun jurukunci makam terkadang meminta  sumbangan sukarela bila kita memakai jasanya untuk mengetahui seluk beluk kraton. Selain sebagai kompleks pemakaman, petilasan kraton kartasura juga dipakai sebagai tempat ziarah. Dan orang - orang dengan kepercayaan untuk mencari wangsit.






meskipun keberadaan petilasan Kraton Kartasura adalah sebagai Barang peninggalan purbakala yang dilindungi namun entahlah apa peran pemerintah disini, karena memang tidak tampak ada pengelolaan dari pemerintah seperti yang sudah sudah ditemukan pada barang peninggalan purbakala lainya. 

0 comments:

Post a Comment