SLIDER

Saturday, June 29, 2013

Gowes amburadul Curi Start Liburan

Rabu tanggal 19 juni 2013, sejak pukul 21.00 aku sudah merebahkan diri ditempat tidur. Berusaha untuk memejamkan mata aga bisa tidur dan istirahat untuk perjalan esok hari. Namun apa mau dikata, kebiasaan buruk ini memang tidak bisa hilang. Kebiasaan tidak bisa tidur jika akan bepergian memang selalu merepotkan jika kita membutuhkan istirahat malam sebelumnya. Alhasil dengan mata masih mengantuk dan malas, malasan aku pun harus segera bersiap karena hari itu, kamis 20 Juni 2013, aku akan melakukan perjalan ke pacitan, yang meskipun dengan berat hati namun tetap dinikmati. Hari ini sudah memasuki awal liburan, dengan mencuri start mendahului akupun menyusul jadwal liburan, namun jadwal tersebut harus dicancel karena ternyata my biking mate ms. Nana tidak libur :(. Oleh karena itu aku tidak menyia-nyiakan perjalan ke pacitan hari ini.

Tahu Baxo terkenal di pantai teleng ria usaha baru :p






Berangakt setengah 6 aku tiba di pantai teleng ria sekitar pukul 3 sore, hanya sebentar kemudian lanjut ke goa gong yang ternyata sudah terlalu sore jam 17.00 lebih untunglah penjaga nya masih memperbolehkan masuk. Namun ternyata goa gong yang kunjungi berbeda jauh dari goa akbar yang pernah kukunjungi di tuban. Goa akbar terletak di pusat kota tuban, tepatnya dibawah pasar, sehingga tidak sulit untuk mencapainya.
pantai teleng ria pacitan


goa gong pacitan

Namun Goa Gong terletak di atas bukit yang ternyata cukup sulit dijangkau, memasui goa gong kita harus turun naik tangga yang lumayan curam. Sedang ketika menyusuri goa akbar, yang notabene lebih luas kita tidak disulitkan karena kita tidak menyusuri menurun tapi melebar. Karena adanya proyek pelebaran jalan,, perjalanan pulang sempat tersendat, sehingga saya tiba dirumah sekitar hampir tengah malam. Sebenarnya saya berniat untuk tidur dan istirahat, karena keesokan harinya saya harus gowes menjemput, biking mate saya di salatiga untuk berkunjung ke candi klero.
ngereyen topi baru


Namun apa daya kembali kebiasaan susah tidur ini pun membuat saya harus melek hingga fajar menyongosong. Dengan mata yang sudah agak sembab, saya pun harus kembali bangun pagi, untuk memulai gowes ke salatiga. Jumat 21 Juni 2013 Menyusuri jalan raya solo - semarang yang sudah mulai ramai karena musim liburan, dan musim perbaikan jalan, sehingga menimbulkan kemacetan disana - sini. Sekitar pukul 09.00 Saya berhenti di klero karena janjian dengan biking mate saya, disuatu minimarket di klero. Setelah kita bertemu, dan mengecek semua bawaan, maka perjalanan pun kita lanjutkan menerobos kemacetan lalu lintas yang penuh sesak dengan kendaraan berbadan besar, kitapun pelan - pelan menyusuri dikiri jalan yang sudah dikeruk karena akan adanya pelebaran jalan. Sesampainya ditujuan kitapun segera menuju candi klero (perjalanan ke candi klero pernah saya tulis disini).




Tiba di candi klero seperti yang saya duga, entah karena ini hari jumat, ataukah masih terlalu pagi masih pukul 09.30, saya tidak melihat penjaga yang biasanya merawat candi di posnya, bahkan pintu gerbang pun tertutp. Hadeeeh. Untunglah pintu gerbang tidak terkunci, sehingga dapat mengobati sedikit pensaran soumate bersepeda saya yang sudah lama ingin ke candi klero tersebut. Kita tidak menghabiskan waktu terlalu lama dicandi, karena sebelum matahari mulai nampak kita harus segera balik kesolo. Dari klero menuju boyolali, trek akan cenderung banyak turunan, sehingga perjalanan tersebut tidak terlalu menghabiskan tenaga.


di tanjakan ampel sebelum balas dendam turunan


Hingga tiba diboyolali, kitapun berhenti sebentar untuk sarapan di warung soto yang cukup menjadi favorit. Setelah makanan di perut ini dirasa sudah turun kita pun kembali melanjutkan perjalan, yang cukup mudah karena trek cenderung menurun halus. Perjalanan yang tidak banyak menguras tenaga, namun cukup menguras keringat karena terik matahari yang sudah mulai menyengat. Apalagi jalanan yang hanya lurus lurus saja terkadang terasa sangat membosankan..!! (rasanya ga nyampai - nyampai :D). Akhirnya kita pun tiba disolo, kita mampir sebentar untuk membeli es kelapa muda. Dan dilanjut gowes pulang menuju rumahku. Tiba dirumah kita ngobrol sebentar, untuk selanjutnya kita istirahat tidur siang. Namun apa daya ternyata aku tidak bisa, tidur siang karena disibukan dengan berbagai hal yang harus saya selesaikan. Hingga akhirnya malam pun menjelang, kita pun keluar untuk mencari makan malam.



soto mbok giyem


Kembali kerumah kita, pun kembali packing untuk mempersiapkan bekal yang akan kita bawa, karena esok hari sabtuu tanggal 22 Juni kita akan gowes ke jogja untuk mengikuti acara yang diselenggarakan oleh produsen kaos ternama di jogja yaitu Dagadu yang bertajuk "Raceplorer". Setelah selesai packing waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Kita pun bersiap untuk istirahat, kembali aku merebahkan tubuh untuk bisa membiarkan rasa kantuk datang, namun apa daya rasa kantuk itu kembali enggan datang lebih awal, alhasil akupun hanya bisa gubran gubruk di tempat tidur .. Hingga pagi menjelang...terus aku kapan tidur nyaa?? Kapan istirahatnya??? .... Padahal pagi ini mau gowes ke jogja ... Mata yang masih berat untuk dibuka kantuk yang akhirnya datang menyerang namun pagi sudah menjelang, ayam sudah berkokok dan alarm pun sudah berbunyi berkali kali ... Rasanya tubuh ini lebih memilih untuk kembali merebahkan diri di tempat tidur, dan kata - kata itupun terucap "kita naik prameks saja yuk??" ... So .. Apakah kali ini kita batal gowes? ...

Find out ya di cerita selanjutnya ..

 To Be Continued ...

 LG.VII.

Monday, June 10, 2013

Demi Sebuah photo (Bike photgraphy)



Salah satu hal yang biasanya menempel dalam diri seseorang ketikda sedang gowes adalah "sifat narsis" meski bukan orangnya yang narsis tapi sepeda pasti lah dijepret sana sini. Baik udah ribuan kilometer atau cuman puluhan tapi kalau ga ada photo rasanya belum afdol "No Pic Hoax".

Jadi meskipun harus mengangkat sepeda menaiki 100 anak tangga vertikal setinggi 50 meter ya ga masalah, 


 


meskipun harus membiarkan kamera kehujanan demi mengambil photo yang dramatis ya boleh boleh saja. 


Meski udah ngos ngosan nanjak tapi belum ke jepret yaah udahal turun lagi ntar diphoto lagi deh.


Namanya juga demi sebuah photo mau gaya apapun yang penting photonya bagus.


Gowesnya sepuluh kilometer jepretnya ratusan wkkk namanya juga narsis ga afdol kalau gowes ga photo photo :p orang ga kejebak macet ini. 

Friday, June 7, 2013

Cycling Eurasia -- cycling along Europe and Asia

Cycling Eurasia – cycling along Europe and Asia

Cycling Eurasia is the theme of Stephan – a bikepacker from Germany I met when I was on the way from Borobudur temple to Jogja. At that time I was still riding my bike when I saw a bikepacker riding his bike full of luggage in front of me. I greeted him without thinking that he was a foreigner. He in fact is from Germany and has been travelling by bike around some countries such as China, Thailand. Before arriving in Java island, he spent some weeks to explore along the coast of Sumatra island. Since he was heading for Jogja, I offered him to bike together with me and Nana, my biking mate. The first place we visited together was Mendut temple.
on our way to Ngawen temple
In Mendut, Stephan seemed to enjoy the exotic temple that was still full of visitors – both from Indonesia and abroad. Stephan was excited to see those foreign tourists since he said that he saw only one foreigner during his journey along Sumatra for weeks. In Sumatra he also hardly saw cyclists while in Java island he often found villagers riding bicycles in villages he passed by.

From Mendut temple, Stephan said he planned to search Ngawen temple he saw in his map. Nana and I agreed to accompany him to find it. Ngawen temple is located around 6 kilometers from Borobudur and to find it, we had to ask some people we met on the way because we didn’t find any sign to go there.

We spent around 20 minutes in Ngawen, then we continued our journey to Jogja. A friend gave me an address of Pak Jo, someone whose house was made as a homebase for bikepackers around Indonesia. Unfortunately when we arrived there, Pak Jo was not at home. This time we could no longer accompany Stephan because we had to continue our journey to Solo. We had to leave Stephan around Malioboro.

I thought it would be the last minute to spend with Stephan. In fact I was wrong.

**********
Two days later, Stephan called me to tell me that he would come the following morning and stay a night in Solo. I was happy to hear that because I thought there were some similarities between us: we both like cycling; during our journey, we both like any cultural events we find, nd we both also like tourist places in any city we visit: bikepacking is not just a matter of biking long journey without enjoying other things but biking itself. “There are many interesting places in Indonesia,” he said. I remember when we were at Mendut, Stephan asked me some questions about a parade he saw in Kutoarjo – one small town he passed from Jakarta to Magelang. At that time he asked someone about the parade and that person wrote in his small notebook, “khotmil quran”, “Isra’ mi’raj”. He then would ask someone else who can explain what those words mean.
Stephan's bike without the luggage :)
As a bikepacker who has travelled more than 17.000 kilometers, Stephan is a modest one: his bike is not ‘heavily’ upgraded, it is just a ‘standard’ one. no accessories in it. Stephan even ‘only’ wears sandals, not those shoes/sneakers made especially for cyclists. He just wears simple helmet, without gloves, buffs, or any other accessories/equipment.
preparing his luggage on his bike
Stephan checking his bike
When he arrived in Solo, I let him stay a night in my house. He seemed interested in some household equipment made of bamboos; he was also attracted at the pictures of my sister’s wedding party since in the pictures, my sister and her husband were wearing costumes that made them look like a king and a queen. The fact that there are 11 people of Ranz’s (extended) living together in 2 houses attched to each other was also interesting for Stephan to know.  
That night, after having dinner together (he ate 3 portions of fried rice! wow! LOL), Stephan told me that he wanted to go climbing Merapi mountain, but due to the changeable weather, he had to cancel that plan. Then we talked about the route he would take the following day. He would continue to East Java but he had to choose whether he would take the route in the middle (Ngawi and so on) or to the South (Sukoharjo – Wonogiri – Pacitan and so on). In fact I suggested him to visit Trowulan archeological sites. However, he chose to take the South route. FYI, he wanted to go to Malang and climb Bromo mountain. He also told me that he wanted to stay longer in Indonesia since, “There are many interesting places to visit here,” he said. J
at the parking lot of Kraton
The following morning, I accompanied him to go to a bookstore; he wanted to buy a map of Lombok island. Unfortunately we didn’t find one. Then I took him to Kraton Surakarta (the king’s palace. Arriving there, we were warmly welcome by the ‘abdi dalem’ (‘helpers’ of the king of Surakarta). They almost didn’t believe to see Stephan’s fully-loaded bike and his story that he arrived in Indonesia by bike all the way from Germany. They even gave us a special place to park our bikes. J Another nice thing was Stephan could ‘just’ buy a ticket for local people (not for foreign tourists).
before entering the gate of Kraton Surakarta

Stephan taking picture of one statue
From Kraton, I accompanied him biking to Sukoharjo, one small town, already out of Solo’s city. I gave him a phone number of a friend of mine living in East Java in case he needs a guide on his way to Bromo mountain.
about to leave Kraton

on one main road of Solo
Meeting Stephan – who has travelled more than 19000 kilometers along his journey around Europe and Asia – reminded me that biking long distance is a luxury to spoil ourselves, to enjoy the beauty of the world with its various rich different cultures. It is a big dream for me to travel abroad by bike; however it means nothing if we even do not know the beauty of our own country: by visiting those places by bike of course!.

Let us pedal our bike while enjoying the beauty of our world.

translated into English by Nana Podungge From Ananda Ranz' post
See Nana's post here.


Tembalang 11.41 080613

Sunday, June 2, 2013

Pesona Waduk di kota solo Tujuan bersepeda di hari libur




Banyak komunitas Sepeda dan keluarga yang meluangkan waktu untuk kumpul dan gowes di hari minggu. begitu juga di kota solo, jika di tanya kemanakah tujuan gowes, selain CFD tentu saja akan banyak yang menjawab "waduk Cengklik" yup waduk cengklik adalah waduk yang terdekat dan mudah di capai dari kota solo. merupakan  destinasi para goweser di hari minggu. kota solo memang banyak di kelilingi oleh waduk. oleh karena itu tidak heran jika beberapa waduk yang terdapat dikota solo menjadi destinasi gowes. so inilah beberapa pesona waduk yang ada di sekitar solo yang bisa menjadi alternatif tujuan gowes.





1. Waduk Cengklik / Cengklik reservoir.





inilah destinasi gowes nomore satu para komunitas bersepeda yang ada di solo, waduk yang terletak di 15km dari kota solo. mudah dicapai dengan trek yang tidak begitu sulit. kita bisa menyusuri jalan Mt. haryono menuju colomadu. rute ini paling disarankan karena jalan yang luas terdiri dari 4 lajur, dan di pagi hari masih tidak terlalu ramai kendaraan. lebih nyaman dibandingkan jika harus mengambil rute menyusuri slamet riyadi yang nota bene terlalu banyak trafic light. menyusuri colo madu masih banyak arela persawahan dan pepohonan yang membuat kita lebih menikmati pagi hari. setelah menyusuri colomadu kita akan tiba di perempatan colo madu, atau pasar colomadu. maka kita ambil arah ke kiri menuju bandara. kita akan melewati kompleks TNI AU, sehingga akan menemui banyak marka kejut, dan juga ada turunan. setelah melewati turunan kita akan melewati jembatan. dari jembatan sudah ada papan petunjuk jalan menuju waduk cengklik. maka kita ambil arah kekiri dan menyusuri jalan yang ada. kita cukup menyusuri jalan yang ada untuk sampai di waduk cengklik. meski jalan cukup sempit tapi tidak terlalu ramai, namun banyak lubang yang patut diwaspdai. menuju waduk cengklik rute berupa jalan datar, hanya di beberapa kilometer ada satu dua jalan naik turun. pemandangan menuju waduk cengklik masih asri dengan areal persawahan di kanan dan kiri nya. juga beberapa pepohonan yang membuat suasana lebih sejuk. tiba di pintu masuk waduk cengklik disarankan untuk lanjut lagi. meski kita bisa masuk lewat area masuk. tapi kita tidakakan menemukan apa apa selain waduk dan menyusuri tanggul di sekitar waduk. jika kita lanjut gowes kita akan menemukan tempat dimana terdapat banyak kios dan rombongan pesepeda yang sedang berkumpul. di sini kita juga dapat menikmati pemandangan waduk cengklik. dengan membayarsejumlah retribusi. jajanan khas disini adalah pecel gendar dan tentu gorengan khas pagi hari, ada mendoan, tahu isi, gedang goreng dan tentu teh panas. menambah sedap nya kuliner pagi.






waduk cengklik sangat ramai di pagi hari dan sore hari, banyak pegowes yang sengaja gowes pagi hari untuk menikmati sunrise. ataupun di sore hari untuk menikmati sunset. pemandangan yang disuguhkan memang sangat indah. apalagi jika di lihat dari atas tanggul.

untuk perjalanan kembali kek solo ada beberapa rute, melewati colomadu sama dengan jalan pulang tadi, melewati slamet riyadi jalan protokol tapi ramai dengan kendaraan bermotor. atau dari jalan adi sumarmo kita lurus terus, menyeberang slamet riyadi. dan menuju jalan slamet riyadi kartosuro yang akan membawa kita menuju jalan radjiman di solo. di jalan slamet riyadi kartosuro adalah situasi pinggiran jadi tidak terlalu padat di banding slamet riyadi.

2. waduk lalung







waduk yang terletak di daerah sukoharjo/karanganyar ini , kita bisa mengambil rute karanganyar bekonang, atau sukoharjo. dari solo lebih mudah lewat gading, baturetno dan menyusuri jalan mojolaban,bekonang karena kita tinggal menyusuri jalan yang ada menuju waduk lalung. trek jalan mojolaban jalan 2jalur yang sempit. dan juga banyak lobang. setelah melewati rel kereta. jalanan menanjak halus tapi tidak masalah. kita disuguhi pemandangan sawah di kiri dan kanan.

3. waduk mulur




waduk yang terletak di kec bendosari kabupaten sukoharjo ini juga merupakan salah satu waduk tujuan gowes baik dari sukoharjo maupun dari solo. untuk sampai di wauduk ini ada beberapa rute. kita bisa lewat sukoharjo kota di pasar sukoharo lurus dikit ( tetep di jln raya solo-wonogiri ) ketemu lampu merah belok ke kiri nah ikutin jln itu lurus terus nanti ketemu waduk mulur.

atau lewat bekonang di pasar bekonang

atau menempu rute yang lebih menantang dengan beberapa tanjakan, jika kita menempuh rute dari waduk lalung, kemudian di perempatan kita ambil arah sukoharjo. untuk tiba di waduk mulur.

sama seperti waduk cengklik, waduk mulur juga salah satu tujuan rekreasi keluarga ataupun sekedar berkumpul. di waduk mulur terdapat banyak keramba ikan, para pengunjung bisa langsung membeli ikan dari petani. maupun mencoba peruntungan dengan memancing ikan di waduk mulur. di waduk mulur juga terdapat warung warung penjual makanan. dan juga warung lesehan yang bisa digunakan sebagai tempat berkumpul. di sekitar waduk mulur terdapat area latihan panahan, tenis dan juga outbond.

datang di waduk mulur sangat cocok di pagi atau sore hari, untuk menikmati surise ataupun sunset.

4. optional waduk gajah mungkur



 untuk waduk gajah mungkur bisa juga dijadikan optional untuk gowes di hari minggu namun karena letaknya di kota wonogiri tentu jarak yang ditempuh juga semakin jauh sekitar kurang lebih 40kilometer. Selain terdapat beberapa taman bermain, juga terdapat tempat peluncuran paralayang, namun untuk mencapainya kita harus naik bukit

Saturday, June 1, 2013

Cycling Euroasia - bersepeda lintas Eropa dan Asia




Adalah tema perjalanan Stephan salah seorang bikepacker dari Jerman yang saya temui ketika melakukan perjalanan dari Borobudur menuju Jogja.  Saat itu ketika akan meninggalkan Borobudur, saya melihat ada seorang bikepacker, kala itu tidakmenyangka bahwa dia adalah orang asing namun hanya bikepacker dari luar kota yang kebetulan mampir untuk melihat acara waisak di borobudur (cerita bisa dibaca disini ). Ketika sepeda mulai mendekat sedikit terkejut dan excited karena dia adalah orang asing, maka dengan percaya diri mulai menyapa dan bertanya mengenai asal dan tujuan. Dan perbincangan di atas sadel pun terjadi, dengan memperkenalkan diri bernama stephan dari Germany yang sedang bersepeda keliling eropa dan asia. Dan akan menuju muntilan untuk mengunjungi beberapa candi, karena mempunyai tujuan yang sama yaitu muntilah dan juga candi. Maka saya pun mengatakan akan mengunjungi candi mendut, sekayuh dua kayuh ternyata dia tidak tahu mengenai candi mendut dan setuju untuk bergabung dengan kita menuju candi mendut.


 



Di candi mnedut sambil menikmati dan melihat - lihat candi, kembali obrolan dengan stephan berlanjut, mengenai tujuan dia selanjutnya apakah kita akan berpisah dan dia lanjut ke jogja atau kembali bergabung. Tenyata stephan akan menuju muntilan untuk mengunjungi Ngawen temple seperti yang tertulis di petanya (peta yang dia beli di Jerman dengan berbagai petunjuk mengenai tempat wisata dan atraksi wisata kultural whaaaw :D). Wheleeh kita saja malah tidak tahu mengenai candi ngawen, karena timbul juga rasa penasaran, kita pun berinisiatif kembali bergabung dengan stephan, dan dia pun tidak keberatan. Maka perburuan pun berlanjut. Karena tidak ada papan petunjuk mengenai candi ngawen di sepanjang jalan yang kita lalui maka satu - satunya petunjuk adalah bertanya pada penduduk sekitar :p.







Sesampai di candi ngawen kita pun lanjut menuju Jogjakarta, disini kita mengantar stephan menuju Bikepackershop Indonesia cabang Jogja yang terletak di Pajeksan di kawasan Malioboro. Menurut teman kita bisa meninggalkan Stephan untuk menginap di sini yang juga merupakan rumah tinggal Bikepacker indonesia yaitu Pakjo. Namun sayang Pakjo sedang tidak ada dirumah, dan kita pun harus segera kembali ke solo. Maka kita harus berpisah dengan stephan. Agak berat hati karena sebetulnya kita masih ingin menemani stephan dan menunjukkan keindahankota Jogja daan Budayanya.  Maka kita pun berpisah, namun tidak lupa kita menuliskan nomor kontak dan tempat tinggal, just incase stephan akan mampir kekota kita nantinya. Dan kita pun berpisah, kita mengira perpisahan dengan stephan di Malioboro adalah benar - benar perpisahan dan mungkin tidak akan bertemu lagi.
  







Namun saya terkejut ketika beberapa hari kemudian tepatnya hari selasa malam, stephan menelpon saya dan mengatakan akan menuju solo besok pagi dan akan menginap di solo. Maka saya pun dengan senang hati menyambutnya. Beberapa  hal dimana saya merasa cocok dan memiliki banyak kesamaan dengan stephan adalah disetiap perjalananya stephan bukan hanya peduli seberapa jauh dia bersepeda tapi dia sangt peduli dengan budaya dan juga tempat - tempat wisata di kota yang dia lewati ("There is so many interesting place in Indonesia" begitu katanya), bahkan ketika di mendut dia menunjukan beberapa photo kepada kita karena dia ingin tahu acara apakah itu (saat itu dia melihat arak - arakan di suatu kota yang dia lewati), dia mencatat di buku kecilnya ("arak - arakan", "kotmil Quran", "Isro Miroj") ya jika dia tidak tahu dia akan meminta seseorangn mencatatkan nya di buku kecil untuk kemudian dia bertanya pada seseorang yang bisa berbahasa inggris untuk menjelaskan budaya  apa yang dia lihat. Dibeberapa tempat di petanya dia juga melingkari candi - candi sebagai tempat tujuanya :D i Love that :p. Dan sebagai seoarang cyclist stephan sangat sederhana, sepedanya standar sepeda turing biasa tanpa upgrade dan aksesoris lainya, bahkan stephan pun hanya memakai sandal gunung biasa juga helm standar tanpa glove, buff maupun aksesoris lainya :D.
   



Maka setiba di Solo, akupun mempersilahkan stephan untuk menginap dirumah. Disinilah perbincangan mengenai budaya masing - masing terjadi :D, stephan banyak bertanya mengenai adat dan budaya yang sangat berbeda dengan tempat tinggalnya. Dia juga tertarik dengan beberapa peralatan rumah tangga dirumah yang terbuat dari anyaman bambu :D dan dia sangat tertarik dengan "Karak"(kerupuk nasi) yang sedang dijemur ibuku (ibu saya membuat sendiri karak tersebut) dan dia sangat menyukai Karak tersebut ketika kusajikan padanya :D.  Terlebih dia sangat tertarik dengan tata cara pernikahan di Indonesia, kenapa pasangan pengantin berdandan seperti Ratu dan Raja, juga kagum dengan hubungan kekerabatan di keluargaku yang dia nilai sangat erat jauh berbeda di Negranya.
 

Setelah makan malam kitapun kembali berbincang mengenai petualangan dia dan rencana selanjutnya, stephan yang sangat menyukai gunung berapi berencana untuk Hiking ke Merapi Via selo (sepeda di tinggal di rumahku) namun karena tidak yakin akan cuaca yang tidak menentu maka rencana tersebut dibatalkan. Kemudian mencoba membahas jalur yang dia pilih untuk menuju timur apakah lewat utara atau selatan aku pun membantu sebisaku mengenai kondisi kedua jalur tersebut dan kebudayaan dari masing - masing kota maupun tempat wisata yang mungkin dia bisa kunjungi. Mendengan ceritaku tentang banyak tempat yang mungkin dia kunjungi stephan berencana memperpanjang kunjungannya di Indonesia, dia ingin kembali mengunjungi tempat -t empat yang dulu ia lewatkan ("Indonesia is a big country it has so many places and culture that are so beautifull it is worth visited") weeew :D



Maka keesokan harinya aku mengantar stephan berkeliling kota solo, dan mengunjungi toko buku (mencari peta lombok) namun karena tidak ketemu kita lanjut menuju kraton surakarta, para abdi dalem langsung menyambut kita karena melihat sepeda stephan yang fully loaded seakan tidak percaya bahwa orang ini melakukan perjalanan dengan sepeda :D, kita pun mendapat kehormatan parkir digarasi kraton :D (yang biasa untuk kereta kuda :p). Dan masuk kraton pun untunglah si Ibu penjaga tiket berbaik hati dengan memberi kita dua tiket domestik (untuk turis mancanegara beda harga biasanya :p).  Selesai berkunjung ke kraton stephan melanjutkan perjalananya, aku pun mengantarnya sampai perbatasan sukoharjo. Kita berpisah di diperbatasan, sambil tidak lupa aku menuliskan kontak teman yang bisa dihubungi di jawa timur, yang bisa menjadi petunjuk jalan atau tempat menginap karena stephan sangat ingin ke bromo.

 




Pertemuan dengan stephan kembali mengingatkan bahwa perjalanan jauh(bertualang)  adalah suatu kemewahan untuk memanjakan diri sendiri menikmati dunia dan keindahanya sesuai dengan passion kita masing - masing. Adalah suatu mimpi besar untuk bisa melakukan petualangan keliling dunia, tapi mimpi itu bukanlah apa - apa jika kita tidak tahu apa - apa tentang keindahan negeri sendiri :D masih  banyak tempat - tempat disekitarku yang masih belum sempat kukunjungi, jadi harus kembali menyiapkan sepeda untuk petualangan selanjutnya :D. Mengunjungi indahnya bumi pertiwi menulis lebih banyak agar orang - orang seperti stephan dari luar neger maupun dalam negeri lebih banyak lagi untuk mencintai negeri ini :D

Mari bersepeda menikmati dunia dalam setiap kayuhan

(Ananda Ranz 02.05.2013)

Untuk tahu lebih jauh mengenai cerita perjalanan Stephan bisa diklik disini 
atau kunjungi