SLIDER

Monday, December 12, 2016

Bikecamping Pulau Panjang edisi 1?


Tidur di bawah sinar bulan di pinggir pantai, itu udah jadi impian lama. Semenjak kita bersepeda di Karimun Jawa tahun 2011, udah lama kita pengen camping di pinggir pantai. Apalagi waktu itu tante elvi pernah camping di Bandengan akhirnya kita jadi pengen juga bikecamping ke Bandengan. Yaah namanya juga rencana dan kepinginan lama sekali ga terwujud. Hingga akhirnya aku dan miss nana yang kangen Karimun Jawa mengalihkan tujuan untuk berkunjung ke Pulau Panjang salah satu pulau yang berada di Jepara ini jauh lebih terjangkau dari karimun jawa. Keinginan untuk bikecamping itu datang lagi. Pernah kita bahas bersama anak - anak (dalam hal ini velogirl) sejak juni dan tak terwujud hampir mau terwujud tapi cancel lagi di bulan september. Hingga akhirnya pada putus asa bahwa keinginan ini akan menguap lagi akhirnya kita nekat untuk bikecamping di Long weekend tanggal 10-11 Desember. 

Rencana awal tetap kita berenam plus kita menawarkan jika ada yang mau ikut, semua dengan biaya sendiri . Akhirnya pada hari H, sabtu tanggal 10 desember berkumpulah kita para velogirl plus beberapa orang cowok yang semoga bisa kita andalkan. Ada enam orang cewek aku, miss nana, tami, dwi, avit dan mbak hesti dengan seli baru nya. Ada arif, om edy, uak yang mengawal yayangnya tami, afrel si pujangga brondong kesayangan, dan akan bergabung lagi dari demak yaitu om Wachid. Pas 11 orang. 



Aku, miss nana, dwi dan hesti mengendarai seli, tami dengan folker putih, yang kemudian bertukar dengan orenj karena sepeda arif yang bermasalah, sehingga dia naik orenj tapi karena trouble lagi, mereka pun bertukar sepeda, arif naik folker putih, tami orenj, afrel dengan extrada nya, om edy polygon nya, uak dengan folker hitam, wachid engan polygon juga, dan khusus avit kali ini dia naik motor karena encok nya belum sembuh. Tapi justru menjadi berkah karena dengan adanya avit yang naik motor bisa membantu mengurangi beban bawaan. 


Arif KO


Sebetulnya jadwal kita berangkat adalah jam 6 pagi, namun gegara si adik ragil kesayangan alias brondong muda kita afrel terlambat bangun gegara alarmnya salah setel, yang lain pun rela menunggu, plus ditambah arif harus menukar sepeda nya yang retak di bagian frame dengan orenj di rumah dwi, alhasil kita berangkat pukul setengah tujuh lebih. Dan gegara adanya banjir di daerah kaligawe, kita kali ini mengambil rute di semarang timur arah tlogosari, di MAJT kita terpaksa berhenti sebentar karena harus membetulkan beberapa sepeda yang mengalami trouble. Meskipun niat kita lewat tlogosari menghindari banjir namun ternyata kita juga banyak menemukan banjir di beberapa titik di daerah tlogosari. Alhasil kita pun nekat menerobos banjir di kaligawe. 


Kita menempuh perjalanan dengan lancar dan berhenti sebentar di pom bensin baru setelah sayung, arif yang memang sebenarnya kondisi fisik kurang mendukung karena gejala flu beristirahat sebentar. Kemudian lanjut lagi, tiba di karang tengah afrel minta ijin kembali kerumah untuk mengambil hammock, untuk menghemat waktu, kuminta afrel membawa motor avit, dan avit menggantikannya gowes. Namun ternyata saat kita masuk demak, ada razia motor, kita yang khawatir gegara afrel masih sma, dan surat2 ada di tas avit berhenti lama menunggu afrel agar tidak terkena razia .. Namun ternyata afrel yang orang demak sudah paham dia sudah lebih dahulu ada di depan kita … (owalaaaaah jebakan betmen ini ). Akhirnya kita langsung lanjut sarapan di warung soto langganan daerah tembiring. Kita tiba di warung soto jam 10 lebih. Saat sarapan kita sempat khawatir apakah bisa sampai di pantai kartini tepat waktu (karena kapal biasanya berhenti beroperari sekitar jam 4) dan kit ajuga belum membeli logistik untuk kamping. Sempat terpikir untuk mencari loading pick up jika nantinya kita tidak bisa mengejar. 

velogirl nostalgia
rombongan sampai jepara bree


menunggu hujan reda

Selesai sarapan, kita langsung melanjutkan perjalanan, bahkan tanpa foto - foto di masjid demak, mas wachid ikut bergabung di trengguli. Setelah belok trengguli cuaca mulai panas menyengat, aku yang berada di depan mulai terbakar matahari hadeeeh…. Kita kemudian berhenti di salah satu mini market sebelum lampu merah welahan untuk mendinginkan badan dan yang lain untuk sholat karena sudah masuk waktu dhuhur. Selesai istirahat kita kembali mempercepat kayuhan, namun cuaca yang semakin panas dan terik menyengat membuat performa ku yang ada di depan sedikit menurun memasuki pecangaan karena jalan mulai naik turun, kepalaku mulai penat gegara sengat matahari, kita sempat berhenti sebentar, anak - anak berinisiatif memberhentikan pick up namun apa daya ternyata mencari tumpangan pick up tidak semudah yang di bayangkan :p, akhirnya setelah agak mendinginkan kepala, aku mengajak kita melanjutkan perjalanan. Atas dorongan avit dan uak bergantian, syukurlah aku dapat dengan mudah sampai di batas kota jepara. Kita pun berhenti untuk regrouping. Setelah semua berkumpul dan narsis sebentar. Kita kembali melanjutkan perjalanan, arif yang juga mulai turun mendapat bantuan dari uak dan om edy bergantian. Syukurlah kita tiba di kota jepara pukul 2 siang dan langsung menuju pantai kartini. Sementara, avit, uak dan tami menuju mini market terdekat untuk belanja logistik. Aku dan rombongan langsung menuju pantai kartini untuk mencari kapal. Untunglah saat itu sedang long weekend sehingga penyeberangan ke pulau panjang masih ramai. Niat awal untuk mencarter kapal tidak jadi karena petugas menarik tiket penyeberangan per orang masing masing 30 ribu PP plus camping. Sembari menunggu rombongan logistik, kita bersitirahat dan sebagian sholat asar. Sykurlah selama di perjalanan cuaca mendukung kita, tidak ada hujan sedikit pun hinggai di pantai kartini. 



Namun istirahat kita tidak bisa terlalu lama, karena langit mendung di arah barat daya, dan awak kapal sudah menyerukan hujan di arah sana. Maka kita pun di mintas bergegas untuk segera menaikan sepeda, dan barang ke kapal, jadilah para cewek yang menaikan kapal dan barang, karena para cowok masih sholat asar dan tim logistik belum datang. Kita segera menaikan barang, setelah itu disusul para cowok - cowok yang selesai dari masjid, kemudian tidak menunggu sebentar uak dan rombongan yang ternyata salah masuk ke dermaga dan sempat ribut disana (hoo hoo hoo). Kita pun menyeberang ke pulau panjang. Penyeberangan ini kita lewati juga dengan aman, meski tiba di pantai kita di sambut dengan hujan, meski tidak lebat tapi cukup membuat basah. 


mendirikan tenda
Kita meneduh sebentar menunggu hujan reda, untuk mendirikan tenda, kita memilih spot di pinggir pantai di belakang tulisan pulau panjang. Bagi beberapa cewek seperti hesti dan dwi yang sering naik gunung mendirikan tenda bukan lah hal asing (eh dwi biasanya cuman nungguin ding yang diriin tenda temenya) untunglah aku dengan bantuan hesti juga dwi mampu mendirikan tenda dengan lancar. Namun bagi para cowok hampir kesemuanya belum pernah punya pengalaman mendirikan tenda double layer apalagi tenda yang mereka dirikan adalah consina magnum 4 yang cara pendiriannya memang berbeda karena yang dibangun adalah flysheet nya dulu. Mereka keliru membangun innersheet nya dulu (hoo hoo alhasil dibongkar lagi ) ha ha ha syukurlah setelah itu pendirian tenda berlangsung lancar, ada dua tenda besar double layer, sedang di tengah dua tenda dome single layer. Untung aku juga bawa flysheet sehingga dua tenda yang ditengah kita kasih atap flysheet berjaga jika hujan turun. 


menikmati malam hari di tepi pantai
Gerimis masih setia menemani camping kita hingga malam hari, kita bergantian ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mungkin karena long weekend sehingga di pulau panjang banyak yang nge camp malam itu, dan karena banyak yang ngecamp kamar mandi dan warung di dekat makam juga masih buka. Untunglah hujan telah redan sebelum pukul 9 malam, sehingga kita mampu menikmati malam becakap - cakap, makan - makan, menikmati api unggun hingga tengah malam. Sebagian ternyata lebih memilih tidur di luar tenda. Meski sebetulnya tidur di dalam tenda juga cukup. 


bersepeda keliling pulau panjang


bermalasan di tenda

api unggun

camping kita ini
Pagi hari kita semua mampu terbangun pagi - pagi untuk melihat sunrise, namun mendung yang masih menggelayut, menyembunyikan matahari hingga siang. Pagi hari kita cukup menikmati pantai, arif dan afrel yang berendam di laut, berkeliling pulau dengan sepeda. Satu yang mengejutkan ternyata pagi itu kita amat sangat tidak narsis untuk hunting foto (hadeeeh) tapi cukup berdiam diri dan masak - memasak alias makan - makan. Haa ha haa … target kita meninggalkan pulau pukul 11.00 pagi, setelah berberes dan kembali berfoto ria bersama. Kita mulai meninggalkan pulau, untunglah awak kapal sudah diberitahu sehingga kita mendapat satu kapal kosong kembali untuk menyeberang kembali ke pantai kartini. Penyeberangan kali ini juga cukup lancar. Untuk pulang ke semarang, demi menghemat waktu, karena kita juga akan mampir ke rumah affrel sowan ke orang tua nya (laporan bahwa anak nya aman sentosa :D). Kita menyewa pick up sampai demak. Maka keluar dari pantai kartini aku menuju terminal, dari terminal kita menuju pasar untuk mencari pick up yang bisa kita sewa, setelah nego harga, kita langsung menata sepeda. Beruntung si bapak pernah me loading sepeda, sehingga dalam satu pick up, bisa muat 10 sepeda dan 10 orang. Dalam perjalanan pulang kali ini kita mendapat berkah air hujan, meski sempat mereda ketika pick up menurunkan kita di jalan lingkar demak. 


kapal kita ikut menyeberang
Uak dan Avit, melanjutkan gowes ke Semarang, om wachid masih tetap ikut pick up yang putar balik sampai trengguli,  Sedang yang lain lanjut gowes ke rumah afrel. Hujan kembali turun hingga kita tiba di rumah afrel. Beruntung kita bisa istirahat sebentar dan mendapat jamuan yang mewah di rumah afrel. Setelah pukul setengah lima, kita berpamitan untuk kembali melanjutkan perjalanan. Dan hujan pun turun kembali. Kali ini perjalanan pulang kita gowes cukup cepat tanpa berhenti hingga tiba di Semarang dan hujan setia menemani kita sampai rumah masing - masing. Kita berpisah di pemuda, tami dan mbak hesti ke imam bonjol, afrel langsung ke sampanga, aku , arif, miss nana, dan om edy kerumah dwi untuk mengambil barang yang ditinggal avit di rumah dwi. 
 
Demikian kisah bikecamping kita ke pulau panjang kali ini .. Hmm singkat yaah .. Ya emang kurang narsis nih kita ini hi hii kalau di ulang lagi next time kapan lagi pada mau ga ya …

Terimakasih buat para cewek - cewek yang mau panas - panasan gowes sampai jepara, mau diajak tidur di alam, terimakasih buat para cowok associate yang mau menemani, memberi doronga, memebantu angkat junjung dan mau diajak bikecamping .. semoga ga kapok yaah ...
 bersambung .. ???
P.S . ada sedikit drama panas saat loading pick up hii hi dikarenakan aku dan miss nana yang lagi PMS, bayangkan itu baru 2 cewek, gimana kalau ke enamnya pms semua .. :P
 

Wednesday, December 7, 2016

Magelang attack numpak pit motor



Setelah 4 sekawan berboncengan motor berhasil turing ke Lasem pada tahun lalu, dan meskipun saya sendiri sudah berjanji ga akan membiarkan kita turing motor gegara miss nana ngantuk waktu mengendarai motor ke Lasem. Eh tapi kok ternyata kena bujuk rayu juga, katanya nanti saya berboncengan motor dengan Fitri dan Miss Nana dengan kembarannya Angie. Dan pucuk di cinta si ulam pun tiba, saat kita lagi makan di warung nya si Fitri, dia nanyain kapan akan ada dolan jauh lagi. Jadi ya so kita buat lah plan buat bolang bareng lagi. Meskipun awalnya kita mau ke pulau panjang, destinasi di alihkan ke Borobudur. 


Pada hari sabtu 27 kemarin aku, miss Nana, Angie dan Fitri kembali berempat bolang bareng ke Borobudur. Kita berangkat habis dhuhur setelah miss nana menyelesaikan kewajibannya mengajar. Dengan dua motor, yang pertama punya Fitri dan aku sebagai pembonceng, yang kedua motornya Angie sebagai pengemudi dan miss Nana sebagai pembonceng. Yaah namanya juga naik motor ternyata kok ya lebih cepet banget ya dibanding kan sepeda, tiba - tiba aja udah nyampe ke Ungaran dan selanjutnya dan selanjutnya … tapi jujur deh ternyata bonceng motor itu bukan Cuma enak - enak duduk aja lho, nahan kantuk dan pegel bahkan jarem nih pantat gegara kelamaan duduk di boncengan motor.


Perjalanan dapat kita lalui dengan baik, meski jalur Semarang Magelang biasa mengalami kepadatan di daerah Jambu disertai hujan yang mengguyur lumayan deras. Insiden terjadi saat kita memasuki Secang, di Lampu merah pertama, Angie yang kehilangan keseimbangan saat berhenti di Lampu merah karena beda tinggi jalan terjatuh, berikut motor dan miss nana yang membonceng. Meski sempat panik, untunglah semuanya baik - baik saja. Setelah memastikan semua baik - baik saja, kita kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini kita berhenti untuk istirahat di Alun - alun kota Magelang, sambil menikmati beberapa makanan. Saat Angie dan Fitri berjalan - jalan untuk hunting foto, aku dan miss nana Cuma duduk saja di warung. 


Kembali kita melanjutkan perjalan memasuki kawasan mungkid waktu sudah semakin petang dan cukup gelap sehingga kita sempat salah jalan dan  memakan waktu agak lama hingga tiba di kawasan borobudur. Kita tiba di kawasan borobudur setelah maghrib, Begitu tiba di kawasan borobudur, kita pun segera mencari penginapan terdekat, untung aku masih ingat gang blusukan di daerah situ. Dan langsung menuju penginapan ardian, setelah tawar menawar kita mendapatkan dua kamar masing - masing seharga dua  ratus ribu rupiah. Kemudian sepakat untuk istirahat terlebih dahulu sebelum keluar lagi untuk mencari makan malam dan jalan - jalan namun apa daya hujanpun turun mengguyur kawasan borobudur sehingga kita keluar cukup malam sekitar pukul 8 lebih untuk mencari makan dan membeli perbekalan. 



Hari kedua minggu tanggal 27 November 2016, jadwal pertama kita adalah berburu sunrise ke puthuk setumbu, pada perjalanan hari kedua kita berkeliling borobudur inilah kita mendapatkan kejutan yang lumayan wooow dimana pemikiran masyarakat tidak bisa mengimbangi peningkatan tingkat kunjungan wisatawan sehingga membuat orang - orang menjadi money oriented, bahkan hanya sekedar memberi petunjuk arah. Okey pagi hari cukup mengejutkan ternyata aku dan Angie dapat dengan mudah dibangunkan pagi - pagi sekali untuk melihat sunrise jam 4 pagi lho itu aku masih setengah nyawa. So kita bersiap berburu sunrise, sudah biasa sih ketika tahun 2013 saat malam hari kita lagi nongkrong di depan papan nama borobudur sudah pernah di samperin orang di kasih tahu tempat buat melihat borbobudur sunrinse (kala itu puthuk setumbu belum se ngehits setelah AADC 2). Pagi ini pun kita mengalami kejadian yang sama, saat dalam perjalanan menuju puthuk setumbu, memasuki areat depan candi borobudur (di persimpangan pintu masuk) sudah banyak beberapa orang dengan motor yang menawarkan jasa antar ke puthuk setumbu, bahkan ketika kita cuek dan melewati mereka langsung di kejar lho satu motor kita tolak dengan halus, setelah memasuki desa pun tiba - tiba kita di kejar lagi oleh pengendara motor menawarkan jasa antar ke puthuk setumbu seharga 30 ribu rupiah. Beruntung saya masih ingat jalan ke puthuk setumbu dan ada papan nama yang cukup jelas untuk mengantar kita tiba di kawasan puthuk setumbu. 


Keadaan puthuk setumbu kali ini jauuuuh lebih baik (jauuuh banget kemajuannya) dari saat kita ke puthuk setumbu 3 tahun lalu.  Jalan setapak menuju puncak bukit yang dulu berupa tanah lempung yang bakal berlumpur kalau hujan sudah di cor sehingga memudahkan untuk pengunjung menuju atas bukit, jadi meskipun semalam hujan turun lumayan deras kita tidak akan kesulitan untuk treking sampai atas. Ditambah lagi banyaknya penerangan dengan lampu disepanjang jalan setapak, juga para penjaga yang siap memantau kedatangan pengunjung. Dan plus tidak lupa adalah munculnya warung - warung di sepanjang perjalanan yang sudah di tata apik pluuuus lagi ini ya tambahan adanya rumah pohon di beberapa spot yang bagus untuk melihat sunrise dan tentu tidak kalah penting di era kekinian ini yaitu buat foto - foto. Sesampainya di atas pengunjung cukup ramai, biasa hari minggu tentu puthuk setumbu bakal kebanjiran wisatawan meski belum terlalu ramai, karena masih gelap. Saat yang lain masih berburu sunrise, menunggu munculnya si matahari dan ujung puncak stupa borobudur. Aku menemukan satu spot buat foto dengan background bukin menoreh yang sama sekali tidak jadi perhatian orang. Nhaaah giliran aku lagi asyik memotret miss nana niiih, ada yang lihat langsung deh jadi antrian panjang buat giliran narsis :D.


Sebetulnya tujuan kita selanjutnya adalah gereja ayam dapat kita tempuh dengan treking menyusuri jalan dari puthuk setumbu, namun dikarenakan malas kalau habis dari gereja ayam kita treking lagi ke puthuk setumbu untuk mengambil motor yang kita parkir so kita putuskan untuk kembali dulu ke penginapan memberishkan diri dan naik motor ke gereja ayam.  Dalam perjalanan menuju tempat parkir kita menyempatkan diri untuk menikmati camilan arem - arem dan jet kolet (makanan khas yaitu keripik dari ketela yang di iris tipis - tipis rasanya gurih enaak). Kemudian kita kembali ke penginapan, aku dan miss nana meluncur ke Hotel setelah membeli bekal di minimarket, Angie dan Fitri memutuskan untuk berburu Rumah Kamera terlebih dahulu. Tidak berapa lama setelah kita kembali ke kamar hotel, Angie dan Fitri telah pulang dan memberi kabar gembira bahwa letak rumah kamera tidak jauh dari tempat kita menginap. Maka setelah membersihkan diri dan packing kita segara meluncur mengunjungi rumah kamera. 

Letak rumah kamera itu kalau dari pintu masuk candi borobudur yang ada papan nama candi borobudur, kita belok ke kanan yup ke arah puthuk setumbu, Cuma bedanya kalau ke puthuk setumbu kita belok kanan. Kalau mau ke rumah kamera kita luruuus terus saja mengikuti jalan tepatnya sih jalan Majaksingi, sekitar 3 kilometer nanti akan ada lapangan dengan pohon beringin yang besar, setelah itu sekitar 300 meter kita bisa menemukan rumah kamera di kiri jalan.  Rumah kamera sendiri sebenarnya adlah galeri lukisan Bapak Tanggol Angien Jatikusumo, orang semarang yang lama tinggal di Bali dan kini menetap di Magelang (nhaah lho nomaden kan ya). Di dalam rumah kamera ini terdapat bermacam fasilitas dengan berbagai tiket, ada galeri 3D, ada ruang kaca dan lain sebagainya, harga tiket untuk masuk rumah kamera dan galeri nya saja hanya sekitar 5 ribu rupiah, untuk 3D kayaknya 30 ribuan deh, tapi kalau mau paket full sekitar 50 - 60 ribu rupiah. Karena keterbatasan waktu kita hanya mengunjugi galeri rumah kamera saja. 

Destinasi selanjutnya adalah Gereja ayam yang terletak di Bukit Rhema, nhaaah ketika akan mengunjungi gereja ayam ini lah saya di buat sebal dengan orang - orang (ga tahu orang lokal atau bukan), sebetulnya sih kita udah dapat petunjuk arah dari seorang temen, saat udah mulai dekat di jalan menuju gereja ayam cuman saat tiba di persimpangan ketika agak sedikit bingung, kita di samperin orang (sebenernya sih aku udah curiga mereka bakal minta duit). 

Orang : Mau kemana ?
Fitri : arah gereja ayam mana ya pak?
Orang : lewat yang sini bisa (jalan simpang ke kiri), lewat yang sana juga bisa (menjuk jalan simpang ke kanan)
Fitri : yang lebih deket yang mana
Orang : dua - duanya sama tapi nanti kalau sampai masih harus jalan lagi sekitar 700 meter

Lhah aku mikir perasaan dari petunjuk temen kita udah bakal nyampai di depannya deh, eeeh terus nih si bapak bilang kalau mau di akasih tahu jalan yang deket minta dibayar 30 ribu di anter sekalian …. Haduuh kesal kaan ini orang - orang hospitality nya udah pada hilang Cuma nanyain arah aja pada ga mau, maunya dibayar sambil nganter. Karen mood ku udah jelek ditambah lagi insiden miss nana kembali jatuh dari motor aku langsung mencoret destinasi gereja ayam, aku langsung ngontak radit untuk ketemuan di Magelang. 


Untunglah di saat orang - orang sudah begitu money oriented dengan memberikan petunjuk arah, aku masah ada teman kenalan orang sepedaan yang mau kita ajak dolan bareng sebagau guide kita menuju hutan pinus kragilan. Langsunglah dari borobudur kita kembali ke arah magelang, kita janjian ketemu Radit di ruko - ruko daerah Mertoyudan.  Kita tiba lebih dahulu, setelah menunggu sekitar 10 menit, Radit pun tiba. Kita kembali melanjutkan perjalanan menuju Hutan Pinus Kragilan dari Mertoyudan sekitar pukul 12 siang. Kali ini Radit seratus persen jadi guide kita, manut aja lah ntar radit mau membawa kita kemana, kita semua buta arah menuju Kragilan. Nhaah saya sampaikan yang saya ingat aja ya, jadi dari Artos kita menuju Arah terminal, setelah terminal magelang kita belok kanan menuju arah kopeng, terus saja naik ke arah Kopeng, hingga pertigaan Pakis, kita ke kanan menuju arah Ketep, terus ikutin jalan yang naik turun eh di dominasi naik sih. Ntar kita melewati hutan pinus, naiik aja terus, sampai nanti di kiri jalan ada petunjuk "Top Selfie Hutan Pinus Kragilan" 

Untuk masuk ke area ini kita cukup membayar biaya 3 ribu rupiah sebagai biaya parkir motor.  Sebetulnya kragilan tidak lain merupakan cuman salah satu hutan pinus milik perhutani yang terletak di blla blaa ……. Namun karena susunan jalannya yang instagramable sehingga membuat tempat ini menjadi hits buruan anak - anak narsis. Namun begitu tempat ini juga bisa menjadi salah satu alternatif tempat refreshing dari penat perkotaan. Karena suasananya yang rimbun dan penuh pepohonan. Kita dapat bersantai menikmati rindangnya pohon pinus sambil menikmati bekal atau jajan mie instant di warung - warung yang sudah ada di beberapa tempat. Tidak usah khawatir di tempat ini sudah ada toilet, mushola bahkan menyewakan tenda jika kita ingin nge camp. 

Hutan pinus kragilan cukup luas sebetulnya, banyak tempat yang bisa kita jadikan obyek foto, namun cuman sayangnya sedihnya, ketika tiba di hutan pinus, baru juga mau duduk merebahkan diri, hujan mulai turun dan mulai menderas, ya sudah deh alhasil kita cukup lama menghabiskan waktu meneduh di salah satu warung di situ. Hingga pukul setengah tiga kita memberanikan diri keluar setelah hujan tidak begitu menderas karena harus keburu pulang.  Setelah jeprat - jepret bebrapa foto, kita berpamitan dengan radit. Maaf ya Dit, kita jadi merepotkan dirimu jauh - jauh dari Jogja mengantar 4 orang suka dolan ini :D . 

Untuk balik ke Semarang kita kali ini tidak kembali ke arah magelang namun melewati Kopeng, di pintu gerbang Top Selfie, kita berpisah dengan Radit, dia kembali ke Jogja via ketep jadi ke arah kanan. Kita kembali ke kiri menuruni jalan menuju ke pertigaan pakis kembali, terus kali ini terus naik menuju arah kopeng.  Sebelum memasuki Kopeng hujan kembali turun, alhasil kita kembali berhenti sebentar untuk memakai jas hujan. Dari kopeng menuju Salatiga, melalui Jalur lingkar Salatiga, hingga di perbatasan Salatiga, aku turun untuk naik bus menuju Solo sedang miss Nana dan yang lain kembali ke Semarang.
Baiklah demikian petualangan kita weekend kali ini, saya langsung kembali ke Kota Solo …
Sampai jumpa di Petualangan Selanjutnya …

Tuesday, December 6, 2016

The 4th Urban SOcial FOrum Festival Pasar Ide




Urban social forum adalah event tahunan yang menyediakan ruang terbuka dan inklusif untuk bertukar pengetahuan, berbagi ide, debat ide, memperluas jaringan antara organisasi masyarakat sipil, aktivis, akademisi bahkan mahasiswa. Urban social forum menekankan masalah perkotaan. Pada akhirnya urban social forum adalah ruang yang benar - benar terbuka dan demokratis bagi masyarakat untuk menjadi ajang mengemukakan ide - ide alternatif bagi pengembangan kehidupan perkotaan di masa mendatang. Urban sosial forum ini diselenggarakan atas bantuan dari berbagai pihak dan di host oleh Kota Kita. Dan hebatnya lagi para peserta yang ingin mengikuti berbagai panel diskusi dapat mendaftar secara online maupun on the spot tanpa di pungut biaya alias gratis!! Ya saya ulang lagi ya .. Acara ini Gratiiiis.. !!!


gala dinner di resto pesta keboen
Pada pelaksanaanya yang pertama Urban social Forum mengambil tempat di kota Solo begitu juga yang kedua, sedang pelaksanaan yang ketiga di tahun 2015 mengambil di salah satu kota besar di Indonesia yaitu Surabaya. Dan untuk pelaksanaan yang ketiga kali ini di tahun 2016, mengambil tempat di Kota Semarang, dimana pelaksanaanya di salah satu SMA Negeri di Semarang, yaitu SMAN Satu Semarang. 

jadwal panel diskusi di urban social forum 4

Dalam pelaksanaan Urban Sosial Forum, biasanya berlangsung satu hari, yang dibagi menjadi beberapa sesi dimana setiap sesi terdapat berbagai panel diskusi mengenai berbagai macam topik seperti pembangunan di Indonesia Timur, meuwujudkan kota Inklusi yang ramah bagi penyandang difabel, mempromosikan kendaraan tak bermotor, Indonesia bebas Macet, Menuju Kota Ramah Anak dan masih banyak lagi. Begitu juga para pembicara alias panelis,  berbagai panelis yang berasal dari berbagai organisasi juga berbagai kota bahkan dari berbagai negara lho.  Pada tanggal 3 Desember 2016, di pelaksanaanya yang ke-Empat, Urban Sosial Forum terbagi menjadi tiga sesi dengan masing - masing sesi terdapat 10 panel diskusi dengan tema yang bebeda. Pada kesempatan kali ini  bike to work Semarang, dimana kali ini di wakili kembali oleh miss Nana Podungge mendapat kesempatan untuk tampil sebagai speaker dalam salah satu panel diskusi, bersama bike to school Solo dan Kota Kita, dengan tema "Bekerjasama Mewujudkan Mobilitas dan Ruang Publik yang Aman Bagi Perempuan dan Anak".  Waduh kelihatannya topik nya berat banget ya hmm he he he mana flyer yang diberi berbahasa Inggris lagi. 

Sebelum hari H, pada Jumat tanggal 2 Desember 2016, para panelis di undang pada acara welcome dinner, di salah satu restoran Pesta Keboen, disini para pembicara dapat beramah tamah, dan berbagi Ide mengenai forum diskusi yang akan mereka Isi. Pada makan malam kali ini diwakili oleh aku dan miss nana, pertama kali datang kita cukup canggung karena ini adalah pertama kalinya kita mengikuti acara sebesar ini. Dari makan malam tersebut kita mengetahui beberapa organisasi telah mengikuti acara ini sebelumnya, namun juga ada yang baru pertama kali. Tidak hanya organisasi kemasyarakatan saja, bahkan pengusaha properti juga di undang untuk mengisi mengenai pembangunan perumahan yang berorientasi pada masyarakat. Ada juga teman - teman dari makasar, dan surabaya. 

Setelah beramah tamah dan berdiskusi mengenai tema besok pagi dengan om Fuad Jamil dari Kota kita, kita mohon pamit.  Keesokan harinya tepat pada hari sabtu 3 Desember, sayangnya saya masih ada kelas pagi, kalau saja bisa membelah diri pengen membelah diri, ada beberapa panel diskusi yang ingin saya ikuti terutama mengenai pembangunan kota inklusi yang ramah bagi kaum difabel. Juga mengenai pengenalan kendaraan non motor dan lain - lain. Namun apa boleh buat, saya baru bisa datang setelah pukul 12 siang. Sesi satu baru saja berakhir dan memasuki lunch break, kita pun mendaftar on the spot. Selain disediakan panel diskusi, dalam Urban sosial forum juga merupakan ajang pengenalan berbagai kegiatan organisasi mahasiswa, maupun organisasi publik lainnya yang bergerak di bidang urban maupun lingkunga. Ada dari Kagama, Surabaya cycling dan lain - lain. Ada juga kegiatan proyek bagi adik - adik yang masih duduk di bangku sekolah. 


Untuk diskusi panel kita mendapat tempat di panel 25 sesi ketiga, yang dimulai pukul 14.45, dalam diskusi yang di moderator I oleh om Fuad Jamil dari kota kita, di isi oleh 3 panelis yaitu mbak Icha dari Kota Kita, om Titis dari Bike to School dan Miss Nana Podungge dari Bike To Work Semarang. Dari masing  - masing panelis memaparkan pengalaman mereka terutama miss nana sebagai aktivis pekerja bersepeda di perkotaan khususnya Semarang, halangan yang di hadapi juga saran untuk pembangunan kota. Begitu juga nte Icha yang kali ini lebih fokus pada aktivitas women on wheel, dimana bukan hanya berisi aktivis pekerja bersepeda dari golongan menengah ke atas, namun juga ibu - ibu pekerja bersepeda dari golongan menengah ke bawah yang berisi buruh, petani, dimana mbak icha mensosialisasikan kampanye keselematan bersepeda. 




Om titis sendiri juga mempresentasikan mengenai pembangunan kota dan sustainable transport, dimana memperkenalkan sepeda sebagai transportasi utama dalam pembangunan infrastruktur kota. Dari diskusi ini didapat kesimpulan bahwa dalam pembangunan tata kota pemerintah seharusnya lebih memberi perhatian bagi sustainable transport, dan kenyamanan ruang publik terutama bagi kendaraan non motor. Dimana disini pesepeda terkadang terpinggirkan meskipun sudah ada undang - undang yang melindunginya. Bahwa dari diskusi kemudian timbul tanya jawab, kita mendapat masukan dari om Indra Surabaya, bahwa di salah satu sekolah swasta di Surabaya sudah mengajarkan pendidikan karakter anak sejak kelas 1 SD mengenai public space, benar - benar masukan yang berupa lecutan seharusnya, bahwa pendidikan karakter mengenai ruang publik sudah seharusnya diajarkan semenjak dari kecil. 
Sesi ketiga berakhir pukul 16.15, meski sesi terakhir sudah berakhir, acara dilanjutkan di hall aula besar, dimana terdapat panel utama yang manjabarkan keseluruhan diskusi dan sambutan dari berbagai pihak. Kemudian istirahat dan dilanjutkan kembali dengan workshop dan screening film. Namun karena ada urusan lain kita tidak mengikuti acara hingga selesai. 





Demikian pengalaman selama mengikuti urban sosial forum yang ke -4 semoga sih, masih bisa mengikuti lagi untuk event yang ke-lima. Cukup kaget dimana keadaaan Indonesia yang akhir - akhir ini kayak mati akal sehat. Ternyata masih ada forum yang berisi orang - orang muda dengan pemikiran dan ide yang brilian yang berpikir logis mengenai pembangunan perkotaan dan lingkungan di Indonesia bahkan dunia, pemikiran nyata yang semoga kedepannya dapat diikuti oleh banyak pihak dan pemerintah untuk nyata - nyata mulai menampung ide - ide yang hebat ini. 

See you next event