Pendahuluan - Semarang - Toraja
Toraja siapa yang
tidak akan mengenal kata itu, Suatu daerah di tanah para Daeng yang terkenal
akan adat budaya dan ke sakralannya. Merupakan salah satu destinasi wisata di
Indonesia. Bagi orang yang cuman pelancong weekend wariors seperti saya ga
kepikiran sih bakalan bisa mengunjungi Toraja meski terkadang ngiler kalau
lihat portingan traveller di IG. Namun ternyata garis nasib berkata lain,
dengan diadakannya event Jamselinas di Makassar ternyata membuka peluang untuk
bisa mengunjungi Tana Toraja. Emang udah diniatkan sih sejak tahun lalu,
menabung sedikit - demi sedikit untuk bisa mengunjungi Makassar meski antara
yakin dan tidak yakin bakalan bisa berangkat atau tidak (tentu ini berhubungan
dengan ijin kerjaan lah). Mendekati bulan - bulan September memang udah
kepikiran sih untuk sekalian pengen mengenjungi Toraja ketika di Makassar.
Mulailah googlig dan tanya teman sana - sini. Ternyata pemikiran yang sama juga
melintas di benak beberapa teman pesepeda Semarang, dan mereka pun juga
mengefloorkan niatan mereka bagaimana jika kita bersama - sama menyewa Mobil
untuk ke Toraja nya. So berbagai rencana pun disusun, saya sih manut saja.
pagi itu saya berangkat dari Solo menggunakan bus dan oper BRT menuju rumah Hesti, untuk membungkus sepeda dan memperispkan peralatan lain sebelum terbang. Singkat cerita di
Hari H, 4 hari sebelum pelaksanaan Jamselinas kita pun telah berangkat ke
Makassar menggunakan pesawat. Aku dan Hesti berangkat bersama dari rumah Hesti.
Kemudian bertemu di bandara dengan Avit dan Nana. Penerbangan kita menggunakan
pesawat Sriwijaya jam 7.40. well FYI ini adalah penerbangan pertama saya agak
was was juga sih untunglah semua berjalan lancar, tidak ada delay dan berhasil
mengatasi phobia saya. Alright… kita tiba di bandara Sultan Hasanudin jam 10
malam WITA. Di bandara sempat bertemu dengan Sisca dari JFB dia akan berkunjung
ke Tanjung Bira keesokan harinya.
Setelah mengurus
bagasi kita pun berkumpul dengan Tayux dan Da dan nte Ria, total kita ber-7
yang akanmelakukan perjalanan ke Toraja. Di Bandara sudah menunggu 2 mobil yang
telah di sewa oleh Da yang ternyata dikemudikan oleh orang pesepeda juga, yang
pertama adalah on Anton dari Slim sedangkan mobil yang saya naiki oleh om Ali,
teman dari om Anton seorang pesepeda juga namun lebih ke aliran MTB.
|
Hei Hai Pesawt |
|
Foto Bersama om Anton Slim |
Perjalanan menuju
Toraja dari Bandara Sultan Hasanudin yang ada di maros mengambil rute pros
Maros - Pare-pare, driver kita sempat berhenti di salah satu toko di poros
Maros, memperkenalkan roti Maros, dia juga memperkenalkan kebiasaan toko di
sepanjang poros Maros yang menyediakan roti Maros dan the hangat secara gratis
bagi para wisatawan yang berhenti untuk istirahat.
Sepanjang perjalanan om Ali dirver sekaligus
guide kita lumayan bercerita mengenai beberapa tempat yang kita lewati, meski
nyawa tinggal setengah - setengah gegara seharian packing dan jetlag apalagi
sekarang udah masuk tengah malam WITA. FYI kita menyewa dua mobil untuk 7
penumpang dan 7 sepeda, mobil di bagi menjadi 2, mobil ku berisi aku, miss nana,
nte reia dan sepeda juga barang barang kita yang di guide in om Ali. Sedang
mobil kedua berisi om Anton sebagai guide, Da, Avit, Tayux, dan Hesti dengan
sepeda dan barang mereka.
|
Kue Maros |
Beruntung sih mobil
yang kunaiki yang dibawa oleh om Ali cukup cepat jalannya :D kita sempat
berhenti di Pare - pare untuk regrouping dan om Ali berhenti memperkenalkan dua
rumahnya. P.s sebetulnya masuk kota pare - pare kita bisa menemukan patung
Habibie dan Ainun namun gegara udah malam dan melek aja susah kelwat deh. Lepas
dari pare - pare rute sebenarnya dimulai, jalanan mulai berliku - liku,
berkelak - kelok, naik turun, aku yang masih bisa melek sesekali menemani om
Ali ngobrol soal rute yang kita lewati. Poros pare - pare -pinrang, jalan yang
tidak begitu lebar, hutan lebat di kanan - kiri rumah penduduk yang jarang.
Kita sempat berhenti sebentar di salah satu warung di ruas jalan pinrang kalau
tidak salah sih daerah Cendana, suatu warung sederhana yang mungkin juga
menjaidi satu dengan rumah tinggal dari bambu, om Ali dan om Anton berisitraha
dan tidur sebentar kala itu jam setengah empat dini hari. Yang unik dari warung
ini adalah semua makanan dan minuman masih tertata rapi di atas meja dan kabinet,
bahkan kabinet nya tidak terkunci :D …. Padhal warung dalam keadaan sepi, pintu
ditutup waaw … setelah sejam berhenti kita melanjutkan perjalanan, mobil
berhenti kembali di masjid setelah belokan pinrang sekitar pukul 4 pagi,
kemudian berhenti selanjutnya ketika tiba di Enrekang, sekitar jam setengah
limat saat tiba waktu sholat subuh.
|
Kopi Pagi |
|
Gunung Nona |
|
sarapan |
Sekitar jam 5 lebih
ketika melewati daerah Enrekang, om Ali mengajak kita kembali berhenti di suatu
warung atau rumah makan, dia memperlihatkan pemandangan Gn. Nona yang merupakan
landmark daerah Enrekang. Disini kita pun berhenti untuk menghangatkan badan
dan menyegarkandiri, menikmati teh hangat dan tentu mie instant :p. kita pun
kembali melanjutkan perjalanan, jam 8 an sepertinya kita telah tiba di Makale,
dari Plaza Makale kita ambil lurus terus menuju rante pao. Makale terletak di
ketinggian 1500 mdpl udara yang sejuk sudah mulai terasa. Kita tiba di rantepao
sekitar jam 9 an lebih. Dan langsug dibawa mencari penginapan, kita mendapatkan
penginapan yang cukup standar dengan harga yang sesuai budget untuk kita
bersembilan.
|
Tebing Selamat datang Toraya |
|
Plaza makale |
|
jalanan Rantepao |
|
jalanan rantepao |
|
Jalanan Rantepao |
0 comments:
Post a Comment