SLIDER

Friday, September 28, 2018

Traveling Toraja Part 1 "Terbang Semarang - Toraja"



Pendahuluan - Semarang - Toraja 
Toraja siapa yang tidak akan mengenal kata itu, Suatu daerah di tanah para Daeng yang terkenal akan adat budaya dan ke sakralannya. Merupakan salah satu destinasi wisata di Indonesia. Bagi orang yang cuman pelancong weekend wariors seperti saya ga kepikiran sih bakalan bisa mengunjungi Toraja meski terkadang ngiler kalau lihat portingan traveller di IG. Namun ternyata garis nasib berkata lain, dengan diadakannya event Jamselinas di Makassar ternyata membuka peluang untuk bisa mengunjungi Tana Toraja. Emang udah diniatkan sih sejak tahun lalu, menabung sedikit - demi sedikit untuk bisa mengunjungi Makassar meski antara yakin dan tidak yakin bakalan bisa berangkat atau tidak (tentu ini berhubungan dengan ijin kerjaan lah). Mendekati bulan - bulan September memang udah kepikiran sih untuk sekalian pengen mengenjungi Toraja ketika di Makassar. Mulailah googlig dan tanya teman sana - sini. Ternyata pemikiran yang sama juga melintas di benak beberapa teman pesepeda Semarang, dan mereka pun juga mengefloorkan niatan mereka bagaimana jika kita bersama - sama menyewa Mobil untuk ke Toraja nya. So berbagai rencana pun disusun,  saya sih manut saja.



Selasa 11 September 2018
pagi itu saya berangkat dari Solo menggunakan bus dan oper BRT menuju rumah Hesti, untuk membungkus sepeda dan memperispkan peralatan lain sebelum terbang. Singkat cerita di Hari H, 4 hari sebelum pelaksanaan Jamselinas kita pun telah berangkat ke Makassar menggunakan pesawat. Aku dan Hesti berangkat bersama dari rumah Hesti. Kemudian bertemu di bandara dengan Avit dan Nana. Penerbangan kita menggunakan pesawat Sriwijaya jam 7.40. well FYI ini adalah penerbangan pertama saya agak was was juga sih untunglah semua berjalan lancar, tidak ada delay dan berhasil mengatasi phobia saya. Alright… kita tiba di bandara Sultan Hasanudin jam 10 malam WITA. Di bandara sempat bertemu dengan Sisca dari JFB dia akan berkunjung ke Tanjung Bira keesokan harinya.


Setelah mengurus bagasi kita pun berkumpul dengan Tayux dan Da dan nte Ria, total kita ber-7 yang akanmelakukan perjalanan ke Toraja. Di Bandara sudah menunggu 2 mobil yang telah di sewa oleh Da yang ternyata dikemudikan oleh orang pesepeda juga, yang pertama adalah on Anton dari Slim sedangkan mobil yang saya naiki oleh om Ali, teman dari om Anton seorang pesepeda juga namun lebih ke aliran MTB. 
Hei Hai Pesawt


Foto Bersama om Anton Slim
Perjalanan menuju Toraja dari Bandara Sultan Hasanudin yang ada di maros mengambil rute pros Maros - Pare-pare, driver kita sempat berhenti di salah satu toko di poros Maros, memperkenalkan roti Maros, dia juga memperkenalkan kebiasaan toko di sepanjang poros Maros yang menyediakan roti Maros dan the hangat secara gratis bagi para wisatawan yang berhenti untuk istirahat.  Sepanjang perjalanan om Ali dirver sekaligus guide kita lumayan bercerita mengenai beberapa tempat yang kita lewati, meski nyawa tinggal setengah - setengah gegara seharian packing dan jetlag apalagi sekarang udah masuk tengah malam WITA. FYI kita menyewa dua mobil untuk 7 penumpang dan 7 sepeda, mobil di bagi menjadi 2, mobil ku berisi aku, miss nana, nte reia dan sepeda juga barang barang kita yang di guide in om Ali. Sedang mobil kedua berisi om Anton sebagai guide, Da, Avit, Tayux, dan Hesti dengan sepeda dan barang mereka.
Kue Maros




Beruntung sih mobil yang kunaiki yang dibawa oleh om Ali cukup cepat jalannya :D kita sempat berhenti di Pare - pare untuk regrouping dan om Ali berhenti memperkenalkan dua rumahnya. P.s sebetulnya masuk kota pare - pare kita bisa menemukan patung Habibie dan Ainun namun gegara udah malam dan melek aja susah kelwat deh. Lepas dari pare - pare rute sebenarnya dimulai, jalanan mulai berliku - liku, berkelak - kelok, naik turun, aku yang masih bisa melek sesekali menemani om Ali ngobrol soal rute yang kita lewati. Poros pare - pare -pinrang, jalan yang tidak begitu lebar, hutan lebat di kanan - kiri rumah penduduk yang jarang. Kita sempat berhenti sebentar di salah satu warung di ruas jalan pinrang kalau tidak salah sih daerah Cendana, suatu warung sederhana yang mungkin juga menjaidi satu dengan rumah tinggal dari bambu, om Ali dan om Anton berisitraha dan tidur sebentar kala itu jam setengah empat dini hari. Yang unik dari warung ini adalah semua makanan dan minuman masih tertata rapi di atas meja dan kabinet, bahkan kabinet nya tidak terkunci :D …. Padhal warung dalam keadaan sepi, pintu ditutup waaw … setelah sejam berhenti kita melanjutkan perjalanan, mobil berhenti kembali di masjid setelah belokan pinrang sekitar pukul 4 pagi, kemudian berhenti selanjutnya ketika tiba di Enrekang, sekitar jam setengah limat saat tiba waktu sholat subuh.

Kopi Pagi

Gunung Nona

sarapan


Sekitar jam 5 lebih ketika melewati daerah Enrekang, om Ali mengajak kita kembali berhenti di suatu warung atau rumah makan, dia memperlihatkan pemandangan Gn. Nona yang merupakan landmark daerah Enrekang. Disini kita pun berhenti untuk menghangatkan badan dan menyegarkandiri, menikmati teh hangat dan tentu mie instant :p. kita pun kembali melanjutkan perjalanan, jam 8 an sepertinya kita telah tiba di Makale, dari Plaza Makale kita ambil lurus terus menuju rante pao. Makale terletak di ketinggian 1500 mdpl udara yang sejuk sudah mulai terasa. Kita tiba di rantepao sekitar jam 9 an lebih. Dan langsug dibawa mencari penginapan, kita mendapatkan penginapan yang cukup standar dengan harga yang sesuai budget untuk kita bersembilan. 
Tebing Selamat datang Toraya

Plaza makale

jalanan Rantepao

jalanan rantepao

Jalanan Rantepao

0 comments:

Post a Comment