SLIDER

Wednesday, December 7, 2016

Magelang attack numpak pit motor



Setelah 4 sekawan berboncengan motor berhasil turing ke Lasem pada tahun lalu, dan meskipun saya sendiri sudah berjanji ga akan membiarkan kita turing motor gegara miss nana ngantuk waktu mengendarai motor ke Lasem. Eh tapi kok ternyata kena bujuk rayu juga, katanya nanti saya berboncengan motor dengan Fitri dan Miss Nana dengan kembarannya Angie. Dan pucuk di cinta si ulam pun tiba, saat kita lagi makan di warung nya si Fitri, dia nanyain kapan akan ada dolan jauh lagi. Jadi ya so kita buat lah plan buat bolang bareng lagi. Meskipun awalnya kita mau ke pulau panjang, destinasi di alihkan ke Borobudur. 


Pada hari sabtu 27 kemarin aku, miss Nana, Angie dan Fitri kembali berempat bolang bareng ke Borobudur. Kita berangkat habis dhuhur setelah miss nana menyelesaikan kewajibannya mengajar. Dengan dua motor, yang pertama punya Fitri dan aku sebagai pembonceng, yang kedua motornya Angie sebagai pengemudi dan miss Nana sebagai pembonceng. Yaah namanya juga naik motor ternyata kok ya lebih cepet banget ya dibanding kan sepeda, tiba - tiba aja udah nyampe ke Ungaran dan selanjutnya dan selanjutnya … tapi jujur deh ternyata bonceng motor itu bukan Cuma enak - enak duduk aja lho, nahan kantuk dan pegel bahkan jarem nih pantat gegara kelamaan duduk di boncengan motor.


Perjalanan dapat kita lalui dengan baik, meski jalur Semarang Magelang biasa mengalami kepadatan di daerah Jambu disertai hujan yang mengguyur lumayan deras. Insiden terjadi saat kita memasuki Secang, di Lampu merah pertama, Angie yang kehilangan keseimbangan saat berhenti di Lampu merah karena beda tinggi jalan terjatuh, berikut motor dan miss nana yang membonceng. Meski sempat panik, untunglah semuanya baik - baik saja. Setelah memastikan semua baik - baik saja, kita kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini kita berhenti untuk istirahat di Alun - alun kota Magelang, sambil menikmati beberapa makanan. Saat Angie dan Fitri berjalan - jalan untuk hunting foto, aku dan miss nana Cuma duduk saja di warung. 


Kembali kita melanjutkan perjalan memasuki kawasan mungkid waktu sudah semakin petang dan cukup gelap sehingga kita sempat salah jalan dan  memakan waktu agak lama hingga tiba di kawasan borobudur. Kita tiba di kawasan borobudur setelah maghrib, Begitu tiba di kawasan borobudur, kita pun segera mencari penginapan terdekat, untung aku masih ingat gang blusukan di daerah situ. Dan langsung menuju penginapan ardian, setelah tawar menawar kita mendapatkan dua kamar masing - masing seharga dua  ratus ribu rupiah. Kemudian sepakat untuk istirahat terlebih dahulu sebelum keluar lagi untuk mencari makan malam dan jalan - jalan namun apa daya hujanpun turun mengguyur kawasan borobudur sehingga kita keluar cukup malam sekitar pukul 8 lebih untuk mencari makan dan membeli perbekalan. 



Hari kedua minggu tanggal 27 November 2016, jadwal pertama kita adalah berburu sunrise ke puthuk setumbu, pada perjalanan hari kedua kita berkeliling borobudur inilah kita mendapatkan kejutan yang lumayan wooow dimana pemikiran masyarakat tidak bisa mengimbangi peningkatan tingkat kunjungan wisatawan sehingga membuat orang - orang menjadi money oriented, bahkan hanya sekedar memberi petunjuk arah. Okey pagi hari cukup mengejutkan ternyata aku dan Angie dapat dengan mudah dibangunkan pagi - pagi sekali untuk melihat sunrise jam 4 pagi lho itu aku masih setengah nyawa. So kita bersiap berburu sunrise, sudah biasa sih ketika tahun 2013 saat malam hari kita lagi nongkrong di depan papan nama borobudur sudah pernah di samperin orang di kasih tahu tempat buat melihat borbobudur sunrinse (kala itu puthuk setumbu belum se ngehits setelah AADC 2). Pagi ini pun kita mengalami kejadian yang sama, saat dalam perjalanan menuju puthuk setumbu, memasuki areat depan candi borobudur (di persimpangan pintu masuk) sudah banyak beberapa orang dengan motor yang menawarkan jasa antar ke puthuk setumbu, bahkan ketika kita cuek dan melewati mereka langsung di kejar lho satu motor kita tolak dengan halus, setelah memasuki desa pun tiba - tiba kita di kejar lagi oleh pengendara motor menawarkan jasa antar ke puthuk setumbu seharga 30 ribu rupiah. Beruntung saya masih ingat jalan ke puthuk setumbu dan ada papan nama yang cukup jelas untuk mengantar kita tiba di kawasan puthuk setumbu. 


Keadaan puthuk setumbu kali ini jauuuuh lebih baik (jauuuh banget kemajuannya) dari saat kita ke puthuk setumbu 3 tahun lalu.  Jalan setapak menuju puncak bukit yang dulu berupa tanah lempung yang bakal berlumpur kalau hujan sudah di cor sehingga memudahkan untuk pengunjung menuju atas bukit, jadi meskipun semalam hujan turun lumayan deras kita tidak akan kesulitan untuk treking sampai atas. Ditambah lagi banyaknya penerangan dengan lampu disepanjang jalan setapak, juga para penjaga yang siap memantau kedatangan pengunjung. Dan plus tidak lupa adalah munculnya warung - warung di sepanjang perjalanan yang sudah di tata apik pluuuus lagi ini ya tambahan adanya rumah pohon di beberapa spot yang bagus untuk melihat sunrise dan tentu tidak kalah penting di era kekinian ini yaitu buat foto - foto. Sesampainya di atas pengunjung cukup ramai, biasa hari minggu tentu puthuk setumbu bakal kebanjiran wisatawan meski belum terlalu ramai, karena masih gelap. Saat yang lain masih berburu sunrise, menunggu munculnya si matahari dan ujung puncak stupa borobudur. Aku menemukan satu spot buat foto dengan background bukin menoreh yang sama sekali tidak jadi perhatian orang. Nhaaah giliran aku lagi asyik memotret miss nana niiih, ada yang lihat langsung deh jadi antrian panjang buat giliran narsis :D.


Sebetulnya tujuan kita selanjutnya adalah gereja ayam dapat kita tempuh dengan treking menyusuri jalan dari puthuk setumbu, namun dikarenakan malas kalau habis dari gereja ayam kita treking lagi ke puthuk setumbu untuk mengambil motor yang kita parkir so kita putuskan untuk kembali dulu ke penginapan memberishkan diri dan naik motor ke gereja ayam.  Dalam perjalanan menuju tempat parkir kita menyempatkan diri untuk menikmati camilan arem - arem dan jet kolet (makanan khas yaitu keripik dari ketela yang di iris tipis - tipis rasanya gurih enaak). Kemudian kita kembali ke penginapan, aku dan miss nana meluncur ke Hotel setelah membeli bekal di minimarket, Angie dan Fitri memutuskan untuk berburu Rumah Kamera terlebih dahulu. Tidak berapa lama setelah kita kembali ke kamar hotel, Angie dan Fitri telah pulang dan memberi kabar gembira bahwa letak rumah kamera tidak jauh dari tempat kita menginap. Maka setelah membersihkan diri dan packing kita segara meluncur mengunjungi rumah kamera. 

Letak rumah kamera itu kalau dari pintu masuk candi borobudur yang ada papan nama candi borobudur, kita belok ke kanan yup ke arah puthuk setumbu, Cuma bedanya kalau ke puthuk setumbu kita belok kanan. Kalau mau ke rumah kamera kita luruuus terus saja mengikuti jalan tepatnya sih jalan Majaksingi, sekitar 3 kilometer nanti akan ada lapangan dengan pohon beringin yang besar, setelah itu sekitar 300 meter kita bisa menemukan rumah kamera di kiri jalan.  Rumah kamera sendiri sebenarnya adlah galeri lukisan Bapak Tanggol Angien Jatikusumo, orang semarang yang lama tinggal di Bali dan kini menetap di Magelang (nhaah lho nomaden kan ya). Di dalam rumah kamera ini terdapat bermacam fasilitas dengan berbagai tiket, ada galeri 3D, ada ruang kaca dan lain sebagainya, harga tiket untuk masuk rumah kamera dan galeri nya saja hanya sekitar 5 ribu rupiah, untuk 3D kayaknya 30 ribuan deh, tapi kalau mau paket full sekitar 50 - 60 ribu rupiah. Karena keterbatasan waktu kita hanya mengunjugi galeri rumah kamera saja. 

Destinasi selanjutnya adalah Gereja ayam yang terletak di Bukit Rhema, nhaaah ketika akan mengunjungi gereja ayam ini lah saya di buat sebal dengan orang - orang (ga tahu orang lokal atau bukan), sebetulnya sih kita udah dapat petunjuk arah dari seorang temen, saat udah mulai dekat di jalan menuju gereja ayam cuman saat tiba di persimpangan ketika agak sedikit bingung, kita di samperin orang (sebenernya sih aku udah curiga mereka bakal minta duit). 

Orang : Mau kemana ?
Fitri : arah gereja ayam mana ya pak?
Orang : lewat yang sini bisa (jalan simpang ke kiri), lewat yang sana juga bisa (menjuk jalan simpang ke kanan)
Fitri : yang lebih deket yang mana
Orang : dua - duanya sama tapi nanti kalau sampai masih harus jalan lagi sekitar 700 meter

Lhah aku mikir perasaan dari petunjuk temen kita udah bakal nyampai di depannya deh, eeeh terus nih si bapak bilang kalau mau di akasih tahu jalan yang deket minta dibayar 30 ribu di anter sekalian …. Haduuh kesal kaan ini orang - orang hospitality nya udah pada hilang Cuma nanyain arah aja pada ga mau, maunya dibayar sambil nganter. Karen mood ku udah jelek ditambah lagi insiden miss nana kembali jatuh dari motor aku langsung mencoret destinasi gereja ayam, aku langsung ngontak radit untuk ketemuan di Magelang. 


Untunglah di saat orang - orang sudah begitu money oriented dengan memberikan petunjuk arah, aku masah ada teman kenalan orang sepedaan yang mau kita ajak dolan bareng sebagau guide kita menuju hutan pinus kragilan. Langsunglah dari borobudur kita kembali ke arah magelang, kita janjian ketemu Radit di ruko - ruko daerah Mertoyudan.  Kita tiba lebih dahulu, setelah menunggu sekitar 10 menit, Radit pun tiba. Kita kembali melanjutkan perjalanan menuju Hutan Pinus Kragilan dari Mertoyudan sekitar pukul 12 siang. Kali ini Radit seratus persen jadi guide kita, manut aja lah ntar radit mau membawa kita kemana, kita semua buta arah menuju Kragilan. Nhaah saya sampaikan yang saya ingat aja ya, jadi dari Artos kita menuju Arah terminal, setelah terminal magelang kita belok kanan menuju arah kopeng, terus saja naik ke arah Kopeng, hingga pertigaan Pakis, kita ke kanan menuju arah Ketep, terus ikutin jalan yang naik turun eh di dominasi naik sih. Ntar kita melewati hutan pinus, naiik aja terus, sampai nanti di kiri jalan ada petunjuk "Top Selfie Hutan Pinus Kragilan" 

Untuk masuk ke area ini kita cukup membayar biaya 3 ribu rupiah sebagai biaya parkir motor.  Sebetulnya kragilan tidak lain merupakan cuman salah satu hutan pinus milik perhutani yang terletak di blla blaa ……. Namun karena susunan jalannya yang instagramable sehingga membuat tempat ini menjadi hits buruan anak - anak narsis. Namun begitu tempat ini juga bisa menjadi salah satu alternatif tempat refreshing dari penat perkotaan. Karena suasananya yang rimbun dan penuh pepohonan. Kita dapat bersantai menikmati rindangnya pohon pinus sambil menikmati bekal atau jajan mie instant di warung - warung yang sudah ada di beberapa tempat. Tidak usah khawatir di tempat ini sudah ada toilet, mushola bahkan menyewakan tenda jika kita ingin nge camp. 

Hutan pinus kragilan cukup luas sebetulnya, banyak tempat yang bisa kita jadikan obyek foto, namun cuman sayangnya sedihnya, ketika tiba di hutan pinus, baru juga mau duduk merebahkan diri, hujan mulai turun dan mulai menderas, ya sudah deh alhasil kita cukup lama menghabiskan waktu meneduh di salah satu warung di situ. Hingga pukul setengah tiga kita memberanikan diri keluar setelah hujan tidak begitu menderas karena harus keburu pulang.  Setelah jeprat - jepret bebrapa foto, kita berpamitan dengan radit. Maaf ya Dit, kita jadi merepotkan dirimu jauh - jauh dari Jogja mengantar 4 orang suka dolan ini :D . 

Untuk balik ke Semarang kita kali ini tidak kembali ke arah magelang namun melewati Kopeng, di pintu gerbang Top Selfie, kita berpisah dengan Radit, dia kembali ke Jogja via ketep jadi ke arah kanan. Kita kembali ke kiri menuruni jalan menuju ke pertigaan pakis kembali, terus kali ini terus naik menuju arah kopeng.  Sebelum memasuki Kopeng hujan kembali turun, alhasil kita kembali berhenti sebentar untuk memakai jas hujan. Dari kopeng menuju Salatiga, melalui Jalur lingkar Salatiga, hingga di perbatasan Salatiga, aku turun untuk naik bus menuju Solo sedang miss Nana dan yang lain kembali ke Semarang.
Baiklah demikian petualangan kita weekend kali ini, saya langsung kembali ke Kota Solo …
Sampai jumpa di Petualangan Selanjutnya …

0 comments:

Post a Comment