SLIDER

Friday, September 20, 2013

Samori 07 Sept Semarang Hidden Heritage #1





Sabtu tanggal 7 September ada ajakan dari teman sepedaan kita Andra untuk gowes mengunjungi tempat - tempat bersejarah di kota lama. Gayung bersambut kita pun menerima ajakan andra tersebut. Bersiap dari kost dengan cukup santai aku dan miss nana gowes melewati jl. Imam bonjol menuju kawasan kota lama. Berhenti di jembatan kali mberok, kita pun bertemu dengan andra dan temanya, setelah cukup menjadi montir dadakan membetulkan sepeda ms. Nana kita menuju ke Masjid layur yang terletak di jl. Layur jalan di belakang stasiun tawang semarang. Kita pun menuju jalan layur yang merupakan daerah langganan ROB, bahkan untuk menuju masjid kita harus menerabas jalan yang tergenang akibat rob. Disini andra dan ms. Nana berjibaku mengangkat sepeda melewati genangan air. Sedangkan aku cukup menerabas dengan sepedaku saja :D.
masjid layur yang terletak di kawasan rob


keceh

kalau takut rusak sepedanya ditinggal di kasur aja :p


Masjid layur atau masjid menara kampung melayu, adalah salah satu masjid tertua yang ada di semarang. Konon dari berbagai sumber masjid ini telah berumur dua abad dan merupakan salah satu saksi sejarah perkembangan islam di semarang. Masjid ini dibangun tahun tahun 1802 oleh ulama Arab Hadramaut (Yaman). Bentuk dan struktur bangunan masjid adalah bangunan dua lantai, atap berbentuk meru (pengaruh Demak). Lantai masjid menggunakan material kayu, pondasi menggunakan umpak batu bata dengan kedalaman tiga meter dan lebar satu meter.

penampakan masjid layur yang lama sebelum di cat

masjid layur dengan cat baru warna hijau

Hal yang unik dari masjid ini adalah bentuk bangunan yang kental dengan bangunan arsitektur gaya Timur Tengah. Hal tersebut tampak pada menara yang berdiri kokoh di depan pintu masuk masjid. Adapun bangunan utama masjid bergaya khas Jawa dengan atap masjid susun tiga. Dari gaya arsitekturnya, Masjid Menara merupakan percampuran dari tiga budaya yakni, Jawa, Melayu, dan Arab. Dari segi keasliannya, Masjid Menara masih seperti pertama kali dibuat. Hanya ada sedikit perbaikan dan penggantian pada bagian genteng dan penambahan ruang untuk pengelola di sisi kanan masjid. Bangunan induk dan menara masjid mengalami transformasi bentuk, karena adanya pengurukan lantai sekitar dua ratus centimeter. Bangunan induk masjid di lantai satu, tidak lagi berfungsi sebagai tempat ibadah, maka pada lantai dua terdapat perluasan ruangan yaitu di sisi timur laut dan tenggara. Dan ternyata masjid ini telah di Repaint atau di cat baru dengan warna Hijau!! Dari beberapa gambar yang dapat ternyata warna sebelumnya adalah putih dan merah!.

 

andra minta pose khusus


Dari masjid layur kita kembali menuju kali mberok dan sebagai penunjuk jalan andra mengajak kita menikmati kuliner nasi goreng yang sangat terkenal di kawasan ini yaitu nasi goreng babat mberok.  Maka kita pun sarapan mengisi perut dengan nasi goreng yang lumayan, ada juga menu babat gongso disini. Setelah sarapan kita lanjut menuju kawasan kota lama untuk sedikit bernarsis ria, dimana tentu kalau sudah narsis tidak akan ingat waktu dan tujuan utama kita yaitu menyusuri bangunan bersejarah :D.
sarapan nasi goreng




Setelah puas bernarsis di kota lama, kita menuju kompleks Gereja Gedangan atau gereja Merah yang terletak di Jl. Ronggowarsito, kompleks gereja ini sangat luas, terdiri dari Gereja St. Yusuf, Tk Marsudirini, Susteran St. Fransiscus dan kompleks Pastoran, kita pun mencoba masuk ke kompleks susteran St. Fransiscus yang masih satu ordo dengan kompleks di daerah elisabeth. Yang juga tempat tante suster stela tinggal (saudara jauh).
  




Sama seperti masjid Layur, kompleks gereja gedangan juga berumur hampir 2 abad, yang juga merupakan saksi sejarah perkembangan agama katolik di Semarang yang bermula sejak tahun 1809 sedangkan kompleks gereja ini dibangun sejak tahun 1870. didalam komplek gereja kita dipandu oleh suster Ivana yang asli Bali dengan dialek balinya yang kental meski sudah hampir 31 tahun tinggal di semarang. Suster sangat ramah dan senang hati menjadi pemandu kami dan bercerita mengenai bangunan gereja.




Bangunan dengan ciri gothic yang kental seperti jaman renaisance Ciri yang mencolok dari bangunan ini (dan sekitarnya) ialah bangunan bahan bata klinker  sehingga terlihat berwarna merah. Bagian Tengah bangunan menjulang tinggi dengan jendela yang membentuk busur yang meruncing ke arah puncak dan ruang altaran dengan jendela kaca berbingkai timah berwarna-warni merupakan ciri gothik yang nyata. Pondasi dari batu dan memikul struktur dinding dengan perkuatan kolom pada tempat tertentu. Sebagian dinding diplester dan di cat, sedangkan sebagian yang lain menonjolkan susunan bata. Bagian kaki dinding dilapisi dengan lempeng batu berwarna abu-abu. Setiap kolom bangunan dipertegas dengan pembedahan bata.



Bentuk atap adalah pelana dan ditutup dengan sirap. Pada bagian pintu masuk dibuat semacam menara dengan jendela kecil-kecil. Selain itu juga terdapat parapet. Pintu masuk yang mempunyai ambang atas yang dasar, dibingkai oleh busur dengan ujung meruncing ke atas. Di atas pintu terdapat bovenlicht. Hal seperti ini terulang pada jendela-jendela samping, namun dengan ornamentasi yang lebih sederhana. Bangunan pastoran,merupakan bangunan setangkup dengan fasade tunggal, bertingkat, membujur  . Bangunan ini dikelilingi serambi dengan atap sosoran yang ditutup genteng. Atap bangunan adalah pelana dengan listpank kayu berornamen. Pintu-pintu memiliki ambang melengkung, seperti halnya bangunan Renaissance. Demikian pula halnya dengan jendela.  Meski juga termasuk daerah yang sering terkena Rob, kompleks gereja ini masih bersih dan terawat.
 

Setelah cukup puas berkeliling dan turing singkat dari suster ivana, kita pun mencicipi camilan  produksi sendiri dari susteran ini. Ternyata mereka memproduksi makanan  misa yang dijual ke gereja - gereja bahkan diluar jawa. Hari masih pukul 10 pagi namun matahari sudah sangat terik membakar kulit. Kitapun pamit untuk kembali melanjutkan aktivitas masing - masing.



Demikian perjalanan kita hari itu menyusuri tempat - tempat yangn sudah berusia ratusan tahun yang menjadi saksi sejarah di kawasan semarang, tempat yang sering kita lewati namun juga sering terlewat oleh perhatian kita. Bahwa tempat - tempat tersebut layak untuk dijaga dan dilestarikan. Tempat - tempat yang merupakan suatu hidden herritage.

WH05.20.09.13

0 comments:

Post a Comment