Sabtu tanggal 7 September ada ajakan dari
teman sepedaan kita Andra untuk gowes mengunjungi tempat - tempat bersejarah di
kota lama. Gayung bersambut kita pun menerima ajakan andra tersebut. Bersiap
dari kost dengan cukup santai aku dan miss nana gowes melewati jl. Imam bonjol
menuju kawasan kota lama. Berhenti di jembatan kali mberok, kita pun bertemu
dengan andra dan temanya, setelah cukup menjadi montir dadakan membetulkan
sepeda ms. Nana kita menuju ke Masjid layur yang terletak di jl. Layur jalan di
belakang stasiun tawang semarang. Kita pun menuju jalan layur yang merupakan
daerah langganan ROB, bahkan untuk menuju masjid kita harus menerabas jalan
yang tergenang akibat rob. Disini andra dan ms. Nana berjibaku mengangkat
sepeda melewati genangan air. Sedangkan aku cukup menerabas dengan sepedaku
saja :D.
masjid layur yang terletak di kawasan rob |
keceh |
kalau takut rusak sepedanya ditinggal di kasur aja :p |
Masjid layur atau masjid menara kampung
melayu, adalah salah satu masjid tertua yang ada di semarang. Konon dari
berbagai sumber masjid ini telah berumur dua abad dan merupakan salah satu
saksi sejarah perkembangan islam di semarang. Masjid ini dibangun tahun tahun
1802 oleh ulama Arab Hadramaut (Yaman). Bentuk dan struktur
bangunan masjid adalah bangunan dua lantai, atap berbentuk meru (pengaruh
Demak). Lantai masjid menggunakan material kayu, pondasi menggunakan umpak batu
bata dengan kedalaman tiga meter dan lebar satu meter.
penampakan masjid layur yang lama sebelum di cat |
masjid layur dengan cat baru warna hijau |
Hal yang unik dari masjid ini adalah bentuk
bangunan yang kental dengan bangunan arsitektur gaya Timur Tengah. Hal tersebut
tampak pada menara yang berdiri kokoh di depan pintu masuk masjid. Adapun
bangunan utama masjid bergaya khas Jawa dengan atap masjid susun tiga. Dari gaya arsitekturnya, Masjid Menara
merupakan percampuran dari tiga budaya yakni, Jawa, Melayu, dan Arab. Dari segi
keasliannya, Masjid Menara masih seperti pertama kali dibuat. Hanya ada sedikit
perbaikan dan penggantian pada bagian genteng dan penambahan ruang untuk
pengelola di sisi kanan masjid. Bangunan induk dan menara masjid mengalami
transformasi bentuk, karena adanya pengurukan lantai sekitar dua ratus
centimeter. Bangunan induk masjid di lantai satu, tidak lagi berfungsi sebagai
tempat ibadah, maka pada lantai dua terdapat perluasan ruangan yaitu di sisi
timur laut dan tenggara. Dan ternyata masjid ini telah di Repaint atau di cat
baru dengan warna Hijau!! Dari beberapa gambar yang dapat ternyata warna
sebelumnya adalah putih dan merah!.
andra minta pose khusus |
Dari masjid layur kita kembali menuju kali
mberok dan sebagai penunjuk jalan andra mengajak kita menikmati kuliner nasi
goreng yang sangat terkenal di kawasan ini yaitu nasi goreng babat mberok. Maka kita pun sarapan mengisi perut dengan
nasi goreng yang lumayan, ada juga menu babat gongso disini. Setelah sarapan
kita lanjut menuju kawasan kota lama untuk sedikit bernarsis ria, dimana tentu
kalau sudah narsis tidak akan ingat waktu dan tujuan utama kita yaitu menyusuri
bangunan bersejarah :D.
sarapan nasi goreng |
Setelah puas bernarsis di kota lama, kita
menuju kompleks Gereja Gedangan atau gereja Merah yang terletak di Jl. Ronggowarsito,
kompleks gereja ini sangat luas, terdiri dari Gereja St. Yusuf, Tk Marsudirini,
Susteran St. Fransiscus dan kompleks Pastoran, kita pun mencoba masuk ke
kompleks susteran St. Fransiscus yang masih satu ordo dengan kompleks di daerah
elisabeth. Yang juga tempat tante suster stela tinggal (saudara jauh).
Sama seperti masjid Layur, kompleks gereja
gedangan juga berumur hampir 2 abad, yang juga merupakan saksi sejarah
perkembangan agama katolik di Semarang yang bermula sejak tahun 1809 sedangkan
kompleks gereja ini dibangun sejak tahun 1870. didalam komplek gereja kita
dipandu oleh suster Ivana yang asli Bali dengan dialek balinya yang kental
meski sudah hampir 31 tahun tinggal di semarang. Suster sangat ramah dan senang
hati menjadi pemandu kami dan bercerita mengenai bangunan gereja.
Bangunan dengan ciri gothic yang kental
seperti jaman renaisance Ciri yang mencolok dari bangunan ini (dan sekitarnya)
ialah bangunan bahan bata klinker
sehingga terlihat berwarna merah. Bagian Tengah bangunan menjulang
tinggi dengan jendela yang membentuk busur yang meruncing ke arah puncak dan
ruang altaran dengan jendela kaca berbingkai timah berwarna-warni merupakan
ciri gothik yang nyata. Pondasi dari batu dan memikul struktur dinding dengan
perkuatan kolom pada tempat tertentu. Sebagian dinding diplester dan di cat,
sedangkan sebagian yang lain menonjolkan susunan bata. Bagian kaki dinding
dilapisi dengan lempeng batu berwarna abu-abu. Setiap kolom bangunan dipertegas
dengan pembedahan bata.
Bentuk atap adalah pelana dan ditutup dengan
sirap. Pada bagian pintu masuk dibuat semacam menara dengan jendela
kecil-kecil. Selain itu juga terdapat parapet. Pintu masuk yang mempunyai
ambang atas yang dasar, dibingkai oleh busur dengan ujung meruncing ke atas. Di
atas pintu terdapat bovenlicht. Hal seperti ini terulang pada jendela-jendela
samping, namun dengan ornamentasi yang lebih sederhana. Bangunan
pastoran,merupakan bangunan setangkup dengan fasade tunggal, bertingkat,
membujur . Bangunan ini dikelilingi serambi
dengan atap sosoran yang ditutup genteng. Atap bangunan adalah pelana dengan
listpank kayu berornamen. Pintu-pintu memiliki ambang melengkung, seperti
halnya bangunan Renaissance. Demikian pula halnya dengan jendela. Meski juga termasuk daerah yang sering
terkena Rob, kompleks gereja ini masih bersih dan terawat.
Setelah cukup puas berkeliling dan turing
singkat dari suster ivana, kita pun mencicipi camilan produksi sendiri dari susteran ini. Ternyata
mereka memproduksi makanan misa yang
dijual ke gereja - gereja bahkan diluar jawa. Hari masih pukul 10 pagi namun
matahari sudah sangat terik membakar kulit. Kitapun pamit untuk kembali
melanjutkan aktivitas masing - masing.
Demikian perjalanan kita hari itu menyusuri
tempat - tempat yangn sudah berusia ratusan tahun yang menjadi saksi sejarah di
kawasan semarang, tempat yang sering kita lewati namun juga sering terlewat
oleh perhatian kita. Bahwa tempat - tempat tersebut layak untuk dijaga dan
dilestarikan. Tempat - tempat yang merupakan suatu hidden herritage.
0 comments:
Post a Comment