"I wana go
there!" ucap seorang bikepacker asal Jerman yang kutemui beberapa tahun
lalu, sambil menunjukkan gambar gunung Bromo, batok, Semeru dipotret dipotret
dari atas yang sedang tertutup kabut hingga setengah puncaknya yang menjadi
cover peta Indonesia keluaran Jerman, gambar yang cantik yang memang pantas
membuat para penjelajah untuk menjadikan bromo sebagai salah satu destinasinya.
Begitu juga saya, keinginan kuat itu muncul gegara mumpung akhir tahun ini
dapat rejeki yang dimana kalau diitung - itung bisa cukuplah buat bekal ke
bromo, dan juga mumpung libur akhir tahun ini aku masih sedikit longgar, belum
dibebani tugas - tugas dan kerjaan - kerjaan lembur. Meskipun akhir tahun itu
bukan waktu terbaik buat berkunjung ke Bromo karena musim Hujan, musim terbaik
adalah Juni - Juli, tapi kalau disuruh nunggu setengah tahun lagi wheleeeh
yakin ini uang bisa bertahan dan ga yakin juga bakal dapat libur panjang lagi.
So emang udah diniati dan harus kudu berangkat que sera sera aja, melihat
seminggu sebelum berangkat cuaca itu hujan sehari - hari lol mana setelah kita
tiba di cemara Lawang, malam harinya juga hujan menyapa bumi cukup deras dengan
gerimisnya.
Day 3, Rabu 27 Desember 2017
Malam itu aku tidak
bisa tidur dengan nyenyak, rasanya selalu terbangun begitu masuk alam mimpi dan
terlelap setiap melihat jam waktu ternyata baru berjalan sejam hingga akhirnya
jam 2 pagi aku terbangun karena perut ini meminta jatah kamar mandi. Beruntung
malam itu air panas sudah mulai bisa digunakan sehingga aku tidak akan terlalu
mengigil. Jam setengah tiga kita sudah mulai bangun membuka mata. Yaa pagi dini
hari itu kita memang sudah bersiap untuk gowes, miss Nana sudah menyampaikan
niatnya untuk berburu sunrise di penanjakan.
ngantri nunggu jalan jam 4 pagi brrrr |
"apa rencanamu
Cuma gowes ke bromo itu saja? Sudah tanpa berburu sunrise ke penanjakan?"
well aku sebetulnya berpikir hari itu ya kita Cuma gowes ke bromo saja,
besoknya bisa carter jeep untuk ke penanjakan atau keliling bromo lagi. Tapi
entah kenapa ya aku mengiyakan aja pagi itu penanjakan. Well suasana penginapan
sudah mulai rame, orang - orang akan bersiap untuk tur Bromo juga. Di luar
penginapan, depan pintu masuk antrian panjang jeep suddah mulai panjang. Aku
dan miss Nana juga mulai bersiap memakai Jaket sarung tangan dan sebagainya
untuk terhindar dari angin dingin. Aku sudah mempersiapkan senter dan
perlengkapan lain memang. Kita meninggalkan penginapan sekitar jam 3 lebih.
Harus mulai lincah berbagi jalan dengan rombongan jeep. Beruntung sore
sebelumnya kita telah sempat keluar, untuk berjalan - jalan hingga pintu masuk
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, sehingga sudah tahu trek menuju pintu
masuk. Rombongan jeep tidak terputus hingga pintu masuk, kita harus pintar
mencari celah jalan di sebelah pinggir. Di pintu masuk kita membayar tiket
masuk sebesar 25 ribu rupiah, harga tiket masuk untuk hari kerja :p melewati
pintu masuk sudah tidak ada lampu penerangan lagi, kecuali dari lampu jeep.
Maka kita harus ekstra hati - hati. Beberapa ratus meter dari pintu masuk hawa
- hawa mulai tidak enak nih. Ternyata karena jalan menurun tajam dan berkelok -
kelok panjang whuaaaah tidaaaak berarti entar balik nanjak sadis ampuuun. Di
turununan itu kita juga harus ekstra hati - hati, selain karena jalanan yang
menurun tajam dan berkelok, jalan juga licin sehabis hujan kita juga harus
ekstra waspada karena bersamaan dengan jeep. Berharap para pengemudi jeep itu
masih bisa melihta dua sepeda yang juga ikut turun. Setelah turun panjang, kita
tiba di jalan berpasir, dini hari itu pemandangan gelap gulita karena lampu
hanya berasal dari lampu kendaraan. Aku masih bisa melihat area sekitar dengan
cukup luluasa, bahkan tanda tulisan "Bromo Tengger Semeru" berwarna
merah menyala di kejauhuan yang lagi hits prokontra nya (bener lho dari
kejauhan aku bisa melihatnya lol) .
kabut mulai turun |
kayak di eropah lol |
Sebelum berangkat,
di penginapan kita sudah mendapat info dari embaknya karena tahu kita bawa
sepeda, si embak penjaga penginapan telah memberi info arah penanjakan yang
terdekat. Kita tinggal mengikuti jeep turun ke arah kanan, udha ikutin jeepnya
aja. So di kegelapan malam kita mengikuti arah jeep, di kejauhan kita bisa
melihat kerlap - kerlip yang merupakan lampu kendaraan merambat di atas bukit.
Trek yang kita lalui terkadang cukup menyulitkan karena berupa pasir yang basah
karena air hujan sehingga liat dan becek. Setelah tidak berapa lama, kita
berhenti untuk istirahat sebentar, di tempat yang cukup ada kehidupan karena
banyak tenda - tenda warung yang cukup terang dengan lampu - lampu neon dan
cukup rame juga dengan para pemotor dan para pelancong yang mungkin sudah tiba
sejak semalam. Di depan mata nampak jalanan mulai menanjak curam, well sial
memang tempat itu dinamakan penanjakan bukan tanpa alasan, tentu saja karena
jalan menanjak . Kita beristirahat menata nafas dan menunggu antrian jeep sedikit
berkurang untuk mulai menapaki penanjakan. Jalanan licin dan gelap rasanya
bikin aku mau jungkel (eh tahu ga arti jungkel apa ya bahasa indonesianya,
jatuh terjerembab kali ya). Jalan yang sempit sedikit membuat kita kesulitan
juga kalau mau berhenti dan ambil ancang - ancang. Ya sudahlah nuntun is not a
crime :D. di jalur penanjakan ini (lupa penanjakan berapa) trek curam memang di
awal penanjakan karena tinggi curam dan berkelok, setelah beberapa kilometer
tanjakannya mulai lebih manusiawi untuk digowes. Namun ternyata jalan yang
lebih manusiawi ini, justru dimanfaatkan para jeep ers untuk berhenti mencari
tempat melihat sunrise lo. Karena setelah beberapa kilometer kita menemui
kemacetan (hello jekardah) banyak juga orang - orang yang mulai turun dar jeep
dan berjalan kaki, kita harus menuntun sepeda melewati kemacetan karena ada
beberapa jeep yang berhenti. Satu setengah kilometer setelah kemacetan kita
berhenti lagi. Aku sempat bertanya puncaknya mana, dan seseorang memberi tahu
masih di depan sekitar 3 kilometer lagi. Kulihat di depanku masih ada bukit
yang gagah berdiri didepan dengan kelap - kelip lampu kendaraan merambat naik,
hollyymountain itu jalan masih nanjak setinggi itu? Aku menyerah saat
mengetahui sebelum nanjak kita disuguhi turunan panjang, "no way, melewati
turunan berarti balik harus nanjak lagi" kuutarakan keberatanku ke miss
nana, udah cukup kita disini saja ya?beruntung miss Nana Setuju, so kita
berhenti di jalan itu, dan ternyata banyak juga para pelancong yang berhneti
disitu untuk menunggu sunrise. Sambil menuggu sunrise, kita tidak kesepian
karena spot itu lumayan ramai, banyak penjaja kopi panas, dan juga ojek … lol
.. "OJEK" betul ojek, para ojekers menawarkan jasa ojek menuju
penanjakan juga pengantaran ke toilet lol hal - hal seperti inilah yang menjadi
hiburan kita. Sambil menunggu sunrise, eh oh iya, kita sebetulnya ditawari
ojek, dimana sepeda ditinggal disitu dikunci trus naik ojek ke atas. Uhmm tapi
ga enak juga ninggalin kesayangaku di bawah lagi pula agak malas aja kalau
diatas ternyata lebih ramai kayak lautan orang berebut foto, disini kita udah
dapat spot. So kita tetap stay dibawah. Meskipun di titik ini kita tidak full
melihat puncak gunung. Jam sudha menunjukan pukul setengah lima pagi, di
kejauhan cakrawala langin mulai berpendar orange menunjukan matahari mulai
merangkak naik ke cakrawala. Para pemburu sunrise sudah bersiap dengan gadget
mereka, para action cam udah memasang tripod untuk bersiap mengambil timelapse.
Ternyata yang merangkak bukan hanya pendar sinar matahari, namun juga KABUT!
Gulungan kabut mulai turun menggulung semua yang dilewati termasuk pemandangan
sunrise di depan kita …
kabut tebal pagi itu |
antri pisang goreng |
Untuk beberapa lama
kita dan orang - orang masih bertahan disini, berharap kabut segera turun dan
berlalu, namun ternyata kabut bertambah tebal, bahkan setiap kita berbicara
mengeluarkan uap air lol kayak di europe lol … setelah menunggu beberapa lama
kabut tidak juga hilang, maka aku memutuskan untuk mengajak miss Nana turun.
Kita pun bersiap turun, seperti berangkat tadi kita harus lihai menyelip di
antara jeep - jeep yang masih parkir di sepanjang jalan. Karena banyak
pelancong yang masih asyik narsis untuk berfoto. Beberapa ratus meter kita turun, ada penjual
gorengan dan minuman hangat, aku menawari miss Nana, apakah dia mau? Sambil
menunggu antrian jeep. Kita pun berhenti mencicipi gorengan Pisang panas, diatas
bukit yang diselimuti kabut tebal, P.S. pisang gorengnya itu 4 biji seharaga 10
ribu rupiah, masih standar lah. Kita
istirahat lumayan lama, karena antri pisang goreng, sambil berfoto - foto lol
setelah jam menunjukan setengah enam aku melihat rombongan jeep udah mulai
turun oiya sebelum berangkat si penjaga homestay berpesan kalau nanti kita mau
turun agak siangan aja menunggu jeep - jeep pada turun. Maka aku mengatakan
pada miss Nana, kita turun sebentar lagi, setelah agak sedikit sepi. Setelah
kulihat udah mulai agak sepi, karena yang dari puncak belum mulai turun. Aku
dan miss Nana pun kembali menuruni penanjakan, kabut tebal mulai turun kembali
disertai rintik air yang mungkin air dari kabut. Jalanan curam pun menjadi
licin karena air, sehingga cukup berbahaya karena beberapa titik ban menjadi
selip, alhasil kembali saat turunan tajam dan berkelok, aku pun rela menuntun
kembali lol, bahkan saat menuntun kita menyaksikan beberapa jeep hampir gagal
karena memang jalan nya yang berkelok tajam.
saat jeep udah mau turun |
Akhirnya setelah
tabah menuntun dan menggowes, kita tiba di ujung turunan penanjakan, tiba di
areal yang banyak tenda - tenda warung tadi, kita istirahat sebentar di salah
satu warung, untuk kembali menghangatkan badan dan mengisi perut. Aku memesan
minuman cokelat hangat, miss Nana kopi, dan semangkok mie rebus instant untuk
kita berdua. Sungguh leganya akhirnya
aku engga cuman mimpi bisa berkunjung ke Bromo dengan Sepeda pula, what a great
journey. Di warung kita sempa ngobrol dengan beberapa orang yang terheran -
heran melihat ada sepeda kecil kita di kawasan gunung Bromo ini. Kita juga
tanya - tanya mengenai areal Bromo ini, meskipun aku juga sudah mencetak Peta
Kawasan gunung Bromo (iyaaaps aku kembali ke model lama yaitu kembali googling
dan mencetak peta kawasan wisata yang ktia kunjungi this is Fun biar ga ada
yang kelewat).
cokelat hangat buat angetin tubuh |
sarapan di warung sebelum penanjakan si Ibu udah standby sejak jam 1 pagi |
hijau hijai di kawasan TNBTS |
Setelah menikmati
sarapan yang seadanya kita bersiap untuk menjelajahi kawasan gunung Bromo ini,
tentu saja bersiap untuk narsis juga yaah. Salah satu keuntungan juga
mengunjungi wilayah Bromo saat musim hujan, pasir nya ini lebih padat sehingga
bisa leluasa kita gowes di kawasan ini.
Saking luasnya kawasan ini, kita sampai bingung kudu pose dan angle
bagaimana lagi ini. Meskipun
dipenghujung perjalanan aku nyesel karena kurangnya mengeksplor angle untuk
berfoto - foto. Meninggalkan warung kita menyusuri gungun batok, menuju area
kaki gunung bromo. Oiya meskipun namanya gunung bromo namun ternyata gunung
batok itu lebih terkenal sebagai background fotonya lol. Di depan area kita
tiba di parkiran jeep, banyak jeep - jeep yang membawa wisatawan terpakir. Saat
kta akan memasuki melewati pagar, kita disapa seorang tukang ojek, menawari
kita ojek keliling areal, ternyata
setelah dekat dia adalah pak Agus, penjaga homestay kita, yang ternyata juga
mempunyai jasa Ojek juga lol,dia menggoda kita menawari jasa ojek, kita bertanya sepeda boleh ga ini pak kita
pakai keliling area "lha sepeda motor aja boleh kok sepeda ga boleh
lol" begitu jawabnya, maka kita pun menuju gunung bromo dengan sepeda.
Pasir disini lebih mempar isitilah orang jawa, lebih masir jadi sepeda agak
lebih berat di gowes.
pasirnya cukup padat untuk di gowes |
Tiba di depan Pura, kita berfoto dan miss Nana masuk ke
dalam, aku cukup menunggu diluar, dan terkadang sepedaku dipinjam buat properti
foto lol. Oiya info dari pak agus kalau mau naik ke kawah cukup naik dari
belakang pura saja, Tiba dibawah kaki gunung bromo, kembali banyak warung -
warung berjejer menjajakan makanan, juga penjual kaos. Oiya areal di dalam
pagas jeep sudah tidak boleh masuk, jadi harus ganti dengan kuda atau jalan
kaki. Lumayan juga ini kalau jalan mungkin sekitar 2-3 km ya dari batas
pagar. Kembali kita di samperin Pak Agus
kembali, dia ada dimana - mana lol. Dia bertanya apa kita bakal naik, kalau
naik sepeda di parkir di warung nya saja, whaaah dia punya banyak usaha penjaga
homestay, makelar jeep, ojek sekarang warung! Lol, kita pun ngikut pak Agus
sampai warung nya, dekat dengan penanjakan di kaki bromo. Setelah menitipkan
sepeda dan membeli air. Kita pun bersiap menapaki tanjakanke kawah bromo. Tapi
kok aku keder ya, mengira - ira itu tanjakan setinggi apa, yaaih sekitar 2
kilometer lebih. Aku ngerasa lagi lemes tubuh ini berat nafas berat, sempat
kepikiran ini gegara kecapekan. Setelah kuberanikan diri, kita pelan - pelan
menapaki jalan terjal menuju tangga di kawah gunung bromo, pelan - pelan aja
sambil antri dengan kuda yang dengan gagahny naik ke atas. Namun di tengah
jalan aku udah benar - benar ga kuat rasanya kalau harus lanjut ke atas. Aku
minta miss Nana ga bisanaik, kalau dia mau Naik aku nunggu dibawah. Dia bilang
kalau aku ga naik ya dia juga ga naik. Akhirnya kuputuskan untuk tidak lanjut
dengan berjanji ke diri sendir aku harus ke sini lagi. Kita pun turun, di
tengah jalan kita mampir ke warung, untuk kembali menikmati gorengan seharga
dua ribu lima ratus rupiah bonus cabe dan petis (khas gorengan di jawa timur
adalah di colek ke bumbu petis nya :p). Saat menyantap gorengan kita mendengar
si penjual yang orang tengger bercerita panjang lebar tentang hidup ke pada
pengunjung yang dengan serius mendengarkan lol bahwa orang tengger sekolah
adalah nomor 1, meskipun setelah sekolah mereka kembali meladang tapi yang
penting mereka harus sekolah terlebih dahulu, (salut harus itu, orang - orang
itu harusnya sekolah setinggi itu harus ingat bahwa Indoenesia itu alamnya kaya
sehingga tidak perlu malu untuk meladang harusnya cari ilmu setinggi -
tingginya untuk memajukan pertanian Indonesia begitu..?". Setelah makan
kita kembali turun badanku udah terasa lesu dan berat makanya udah ga aktif
lagi motret, keluar dari kaki gunung bromo keluar menuju lautna pasir baru
terasa turunan ya kita tinggal meluncur cepat tanpa digowes. Berarti tadi kita
berat itu karena menanjak lol.
Mengikuti jalan kita menuju ke depan ke papan
nama yang kontroversial yang pernah ditolak para pecinta gunung gegara merusak
pemandangan TNBTS lol namun ternyata ini papan cukup eksis buat dipakai foto -
foto, kita aja harus ngantri buat foto disini. Sebetulnya dari tempat ini ke
bukit teletubies tinggal 3 kilometer lagi, namun aku yang udah lemah lunglai
(halaah) mengajak miss Nana kembali ke Cemara Lawang, dia pun setuju. Kita
kembali mengikuti jalan untuk kembali ke Cemara lawang, dari bawah kita bisa
melihat mobil - mobil yang merangkak naik, wheleeeh kita kembali ke atas itu
tuh, lihat tanjakannya. Diawal tanjakan aku sudah bisa gowes sepedaku, namun kembali
aku merasa badan ini berat, nafas tersengal akhirnya aku turun dan menuntun
sepeda, eeh ternyata saat menuntun sepeda lutut ku sangat sakit kalau dipakai
menuntun hadeeeh serba salah ini. Beruntung tanjakannya ga begitu panjang
mungkin 1.5 kilometer. Ga tahu ini kenapa badan ini sangat tidak enak, bahkan
jalan kaki tanpa bawa sepeda cuman badan doang aja rasanya berat banget, pengen
gletak itu di pinggir jalan. Namun pemandangan yang indah cukup memberi
kekuatan hingga sampai keatas. Sebelum ke penginapan aku sempat mampir ke suatu
mini market untuk membeli tolakangin berharap sedikit membut badan ku yang
mungkin tidak enak karena masuk angin bisa segar lagi. Dan langsung kembali ke
penginapan, di penginapan kita kembali di sambut pak Agus (oh My God he is
everywhere :p) dia menawarkan sharing jeep ada yang menyewa jeep namun Cuma
berdua, kemudian dia menawari kita jika ingin sharing dan ke bukit teletubies,
namun badanku yang tidak fit khawatir bakal capek banget ntar dan besok
ngedrop, jadi aku tolak dulu dengan halus. Kita pun di tawari sarapan kita,
oiya udah kukasih tahu kan penginapan kita ini include breakfast, jadi setelah
tadi kita muter - muter kita pulang ke penginapan sarapan kita udah siap nih
(sarapan sih jam 8 tapi kita kembali ke penginapan jam 11 lol) kita menikmati
sekotak nasi goreng dengan telor ceplok. Tapi karena aku ga selera makan, aku
Cuma makan telur nya saja, lanjut meminum tolakangin, kita makan di ruang tamu.
Saat menikmati makan ini jugalah, kita berpapasan dengan sepasang traveler yang
akan check out, mereka bahkan memberi kita dua pop mie. Saat bercakap - cakap
kita tahu bahwa mereka turun ke probolinggo menggunakan kendaraan umum, yang
bisa di temui di pertigaan cemara lawang depan pintu masuk TNBTS.
Pura POten dari atas |
kaki kawah gunung Bromo |
Biasanya kalau lagi
bolang seperti ini, aku yang excited pengen ngajak keluar dan jalan - jalan
terus, namun kali ini aku nglentruk habis makan langsung kembali ke kamar, dan
meringkuk di bawah selimut, rasanya sangat teler Cuma bisa tidur aja. Merasakan
badan yang tidak enak, tidak berapa lama kemudian badan ku semakin panas, dan
demam hingga 39 derajat celcius. Melihat demamku yang tak begitu surut miss
Nana sore harinya berniat keluar, aku nitip untuk dibelikan parasetamol
kalaupun tidak ada dibelikan Fanadol saja karena juga mengandung parasetamol.
Miss nana juga berbelanja sedikit camilan untuk membantu meminum obat, setelah
kuminum dan istirahat, tidak berapa lama parasetamol bereaksi, demamku udah
mulai turun, perutku udah mulai lapar. Malam hari menjelang maghrib kita
keluar, untuk mencari makan cukup berjalan kaki lagi saja.
hello Bromo sea of sand |
Cemara lawang sore
ini terasa lebih sepi dari kemarin, di pertigaan pintu masuk tidak banyak
rombongan wisatawan seperti sore kemarin, bahkan tidak ada antrian di depan
penjual sate, sehingga kita bisa dengan santai menikmati sate seharga 20 ribu
seporsi dengan 10 sate plus lontong. Aku Cuma mencicip dua atau tiga tusuk
sate. Aku masih menginginkan sesuatu yang hangat, saat perjalanan pulang ke
penginapan kulihat ada penjual bakso di depan homestay yang lain. Kita pun
kembali mampir membeli bakso, miss nana semangkok dan aku dibungkus satu. Di
penginapan aku menikmati bakso ku namun juga Cuma beberapa sendok. Malam itu
penginapan kembali kedatangan beberapa wisatawan. FYI penginapan di cemara
lawang akan rame di malam hari namun sepi di pagi hari, karena biasanya jadwal
tour nya kan dini hari, jadi setelah mereka datang istirahat sebentar jam 3
dini hari udah berangkat lagi hingga jam 10-11 pagi. So di pagi hari sepi.
Waktu masih menunjukkan jam 7:30 malam, biasanya aku masih ingin menikmati
waktu di tempat yang baru, namun aku masih teler setelah minum obat sudah
kembali tertidur lelap. Berharap apakah kondisi ku akan membaik esok harinya
untuk melanjutkan perjalanan …
To Be Continued …..
0 comments:
Post a Comment