SLIDER

Tuesday, January 16, 2018

Gowes Bromo Day 3 Bromo Here I am

 
"I wana go there!" ucap seorang bikepacker asal Jerman yang kutemui beberapa tahun lalu, sambil menunjukkan gambar gunung Bromo, batok, Semeru dipotret dipotret dari atas yang sedang tertutup kabut hingga setengah puncaknya yang menjadi cover peta Indonesia keluaran Jerman, gambar yang cantik yang memang pantas membuat para penjelajah untuk menjadikan bromo sebagai salah satu destinasinya. Begitu juga saya, keinginan kuat itu muncul gegara mumpung akhir tahun ini dapat rejeki yang dimana kalau diitung - itung bisa cukuplah buat bekal ke bromo, dan juga mumpung libur akhir tahun ini aku masih sedikit longgar, belum dibebani tugas - tugas dan kerjaan - kerjaan lembur. Meskipun akhir tahun itu bukan waktu terbaik buat berkunjung ke Bromo karena musim Hujan, musim terbaik adalah Juni - Juli, tapi kalau disuruh nunggu setengah tahun lagi wheleeeh yakin ini uang bisa bertahan dan ga yakin juga bakal dapat libur panjang lagi. So emang udah diniati dan harus kudu berangkat que sera sera aja, melihat seminggu sebelum berangkat cuaca itu hujan sehari - hari lol mana setelah kita tiba di cemara Lawang, malam harinya juga hujan menyapa bumi cukup deras dengan gerimisnya.

Day 3, Rabu 27 Desember 2017

Malam itu aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, rasanya selalu terbangun begitu masuk alam mimpi dan terlelap setiap melihat jam waktu ternyata baru berjalan sejam hingga akhirnya jam 2 pagi aku terbangun karena perut ini meminta jatah kamar mandi. Beruntung malam itu air panas sudah mulai bisa digunakan sehingga aku tidak akan terlalu mengigil. Jam setengah tiga kita sudah mulai bangun membuka mata. Yaa pagi dini hari itu kita memang sudah bersiap untuk gowes, miss Nana sudah menyampaikan niatnya untuk berburu sunrise di penanjakan. 

ngantri nunggu jalan jam 4 pagi brrrr

"apa rencanamu Cuma gowes ke bromo itu saja? Sudah tanpa berburu sunrise ke penanjakan?" well aku sebetulnya berpikir hari itu ya kita Cuma gowes ke bromo saja, besoknya bisa carter jeep untuk ke penanjakan atau keliling bromo lagi. Tapi entah kenapa ya aku mengiyakan aja pagi itu penanjakan. Well suasana penginapan sudah mulai rame, orang - orang akan bersiap untuk tur Bromo juga. Di luar penginapan, depan pintu masuk antrian panjang jeep suddah mulai panjang. Aku dan miss Nana juga mulai bersiap memakai Jaket sarung tangan dan sebagainya untuk terhindar dari angin dingin. Aku sudah mempersiapkan senter dan perlengkapan lain memang. Kita meninggalkan penginapan sekitar jam 3 lebih. Harus mulai lincah berbagi jalan dengan rombongan jeep. Beruntung sore sebelumnya kita telah sempat keluar, untuk berjalan - jalan hingga pintu masuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, sehingga sudah tahu trek menuju pintu masuk. Rombongan jeep tidak terputus hingga pintu masuk, kita harus pintar mencari celah jalan di sebelah pinggir. Di pintu masuk kita membayar tiket masuk sebesar 25 ribu rupiah, harga tiket masuk untuk hari kerja :p melewati pintu masuk sudah tidak ada lampu penerangan lagi, kecuali dari lampu jeep. Maka kita harus ekstra hati - hati. Beberapa ratus meter dari pintu masuk hawa - hawa mulai tidak enak nih. Ternyata karena jalan menurun tajam dan berkelok - kelok panjang whuaaaah tidaaaak berarti entar balik nanjak sadis ampuuun. Di turununan itu kita juga harus ekstra hati - hati, selain karena jalanan yang menurun tajam dan berkelok, jalan juga licin sehabis hujan kita juga harus ekstra waspada karena bersamaan dengan jeep. Berharap para pengemudi jeep itu masih bisa melihta dua sepeda yang juga ikut turun. Setelah turun panjang, kita tiba di jalan berpasir, dini hari itu pemandangan gelap gulita karena lampu hanya berasal dari lampu kendaraan. Aku masih bisa melihat area sekitar dengan cukup luluasa, bahkan tanda tulisan "Bromo Tengger Semeru" berwarna merah menyala di kejauhuan yang lagi hits prokontra nya (bener lho dari kejauhan aku bisa melihatnya lol) . 

kabut mulai turun


kayak di eropah lol
Sebelum berangkat, di penginapan kita sudah mendapat info dari embaknya karena tahu kita bawa sepeda, si embak penjaga penginapan telah memberi info arah penanjakan yang terdekat. Kita tinggal mengikuti jeep turun ke arah kanan, udha ikutin jeepnya aja. So di kegelapan malam kita mengikuti arah jeep, di kejauhan kita bisa melihat kerlap - kerlip yang merupakan lampu kendaraan merambat di atas bukit. Trek yang kita lalui terkadang cukup menyulitkan karena berupa pasir yang basah karena air hujan sehingga liat dan becek. Setelah tidak berapa lama, kita berhenti untuk istirahat sebentar, di tempat yang cukup ada kehidupan karena banyak tenda - tenda warung yang cukup terang dengan lampu - lampu neon dan cukup rame juga dengan para pemotor dan para pelancong yang mungkin sudah tiba sejak semalam. Di depan mata nampak jalanan mulai menanjak curam, well sial memang tempat itu dinamakan penanjakan bukan tanpa alasan, tentu saja karena jalan menanjak . Kita beristirahat menata nafas dan menunggu antrian jeep sedikit berkurang untuk mulai menapaki penanjakan. Jalanan licin dan gelap rasanya bikin aku mau jungkel (eh tahu ga arti jungkel apa ya bahasa indonesianya, jatuh terjerembab kali ya). Jalan yang sempit sedikit membuat kita kesulitan juga kalau mau berhenti dan ambil ancang - ancang. Ya sudahlah nuntun is not a crime :D. di jalur penanjakan ini (lupa penanjakan berapa) trek curam memang di awal penanjakan karena tinggi curam dan berkelok, setelah beberapa kilometer tanjakannya mulai lebih manusiawi untuk digowes. Namun ternyata jalan yang lebih manusiawi ini, justru dimanfaatkan para jeep ers untuk berhenti mencari tempat melihat sunrise lo. Karena setelah beberapa kilometer kita menemui kemacetan (hello jekardah) banyak juga orang - orang yang mulai turun dar jeep dan berjalan kaki, kita harus menuntun sepeda melewati kemacetan karena ada beberapa jeep yang berhenti. Satu setengah kilometer setelah kemacetan kita berhenti lagi. Aku sempat bertanya puncaknya mana, dan seseorang memberi tahu masih di depan sekitar 3 kilometer lagi. Kulihat di depanku masih ada bukit yang gagah berdiri didepan dengan kelap - kelip lampu kendaraan merambat naik, hollyymountain itu jalan masih nanjak setinggi itu? Aku menyerah saat mengetahui sebelum nanjak kita disuguhi turunan panjang, "no way, melewati turunan berarti balik harus nanjak lagi" kuutarakan keberatanku ke miss nana, udah cukup kita disini saja ya?beruntung miss Nana Setuju, so kita berhenti di jalan itu, dan ternyata banyak juga para pelancong yang berhneti disitu untuk menunggu sunrise. Sambil menuggu sunrise, kita tidak kesepian karena spot itu lumayan ramai, banyak penjaja kopi panas, dan juga ojek … lol .. "OJEK" betul ojek, para ojekers menawarkan jasa ojek menuju penanjakan juga pengantaran ke toilet lol hal - hal seperti inilah yang menjadi hiburan kita. Sambil menunggu sunrise, eh oh iya, kita sebetulnya ditawari ojek, dimana sepeda ditinggal disitu dikunci trus naik ojek ke atas. Uhmm tapi ga enak juga ninggalin kesayangaku di bawah lagi pula agak malas aja kalau diatas ternyata lebih ramai kayak lautan orang berebut foto, disini kita udah dapat spot. So kita tetap stay dibawah. Meskipun di titik ini kita tidak full melihat puncak gunung. Jam sudha menunjukan pukul setengah lima pagi, di kejauhan cakrawala langin mulai berpendar orange menunjukan matahari mulai merangkak naik ke cakrawala. Para pemburu sunrise sudah bersiap dengan gadget mereka, para action cam udah memasang tripod untuk bersiap mengambil timelapse. Ternyata yang merangkak bukan hanya pendar sinar matahari, namun juga KABUT! Gulungan kabut mulai turun menggulung semua yang dilewati termasuk pemandangan sunrise di depan kita … 

kabut tebal pagi itu

antri pisang goreng

Untuk beberapa lama kita dan orang - orang masih bertahan disini, berharap kabut segera turun dan berlalu, namun ternyata kabut bertambah tebal, bahkan setiap kita berbicara mengeluarkan uap air lol kayak di europe lol … setelah menunggu beberapa lama kabut tidak juga hilang, maka aku memutuskan untuk mengajak miss Nana turun. Kita pun bersiap turun, seperti berangkat tadi kita harus lihai menyelip di antara jeep - jeep yang masih parkir di sepanjang jalan. Karena banyak pelancong yang masih asyik narsis untuk berfoto.  Beberapa ratus meter kita turun, ada penjual gorengan dan minuman hangat, aku menawari miss Nana, apakah dia mau? Sambil menunggu antrian jeep. Kita pun berhenti mencicipi gorengan Pisang panas, diatas bukit yang diselimuti kabut tebal, P.S. pisang gorengnya itu 4 biji seharaga 10 ribu rupiah, masih standar lah.  Kita istirahat lumayan lama, karena antri pisang goreng, sambil berfoto - foto lol setelah jam menunjukan setengah enam aku melihat rombongan jeep udah mulai turun oiya sebelum berangkat si penjaga homestay berpesan kalau nanti kita mau turun agak siangan aja menunggu jeep - jeep pada turun. Maka aku mengatakan pada miss Nana, kita turun sebentar lagi, setelah agak sedikit sepi. Setelah kulihat udah mulai agak sepi, karena yang dari puncak belum mulai turun. Aku dan miss Nana pun kembali menuruni penanjakan, kabut tebal mulai turun kembali disertai rintik air yang mungkin air dari kabut. Jalanan curam pun menjadi licin karena air, sehingga cukup berbahaya karena beberapa titik ban menjadi selip, alhasil kembali saat turunan tajam dan berkelok, aku pun rela menuntun kembali lol, bahkan saat menuntun kita menyaksikan beberapa jeep hampir gagal karena memang jalan nya yang berkelok tajam. 
saat jeep udah mau turun





Akhirnya setelah tabah menuntun dan menggowes, kita tiba di ujung turunan penanjakan, tiba di areal yang banyak tenda - tenda warung tadi, kita istirahat sebentar di salah satu warung, untuk kembali menghangatkan badan dan mengisi perut. Aku memesan minuman cokelat hangat, miss Nana kopi, dan semangkok mie rebus instant untuk kita berdua.  Sungguh leganya akhirnya aku engga cuman mimpi bisa berkunjung ke Bromo dengan Sepeda pula, what a great journey. Di warung kita sempa ngobrol dengan beberapa orang yang terheran - heran melihat ada sepeda kecil kita di kawasan gunung Bromo ini. Kita juga tanya - tanya mengenai areal Bromo ini, meskipun aku juga sudah mencetak Peta Kawasan gunung Bromo (iyaaaps aku kembali ke model lama yaitu kembali googling dan mencetak peta kawasan wisata yang ktia kunjungi this is Fun biar ga ada yang kelewat). 

cokelat hangat buat angetin tubuh

sarapan di warung sebelum penanjakan si Ibu udah standby sejak jam 1 pagi

hijau hijai di kawasan TNBTS

Setelah menikmati sarapan yang seadanya kita bersiap untuk menjelajahi kawasan gunung Bromo ini, tentu saja bersiap untuk narsis juga yaah. Salah satu keuntungan juga mengunjungi wilayah Bromo saat musim hujan, pasir nya ini lebih padat sehingga bisa leluasa kita gowes di kawasan ini.  Saking luasnya kawasan ini, kita sampai bingung kudu pose dan angle bagaimana lagi ini.  Meskipun dipenghujung perjalanan aku nyesel karena kurangnya mengeksplor angle untuk berfoto - foto. Meninggalkan warung kita menyusuri gungun batok, menuju area kaki gunung bromo. Oiya meskipun namanya gunung bromo namun ternyata gunung batok itu lebih terkenal sebagai background fotonya lol. Di depan area kita tiba di parkiran jeep, banyak jeep - jeep yang membawa wisatawan terpakir. Saat kta akan memasuki melewati pagar, kita disapa seorang tukang ojek, menawari kita  ojek keliling areal, ternyata setelah dekat dia adalah pak Agus, penjaga homestay kita, yang ternyata juga mempunyai jasa Ojek juga lol,dia menggoda kita menawari jasa ojek,  kita bertanya sepeda boleh ga ini pak kita pakai keliling area "lha sepeda motor aja boleh kok sepeda ga boleh lol" begitu jawabnya, maka kita pun menuju gunung bromo dengan sepeda. Pasir disini lebih mempar isitilah orang jawa, lebih masir jadi sepeda agak lebih berat di gowes. 

pasirnya cukup padat untuk di gowes



Tiba di depan Pura, kita berfoto dan miss Nana masuk ke dalam, aku cukup menunggu diluar, dan terkadang sepedaku dipinjam buat properti foto lol. Oiya info dari pak agus kalau mau naik ke kawah cukup naik dari belakang pura saja, Tiba dibawah kaki gunung bromo, kembali banyak warung - warung berjejer menjajakan makanan, juga penjual kaos. Oiya areal di dalam pagas jeep sudah tidak boleh masuk, jadi harus ganti dengan kuda atau jalan kaki. Lumayan juga ini kalau jalan mungkin sekitar 2-3 km ya dari batas pagar.  Kembali kita di samperin Pak Agus kembali, dia ada dimana - mana lol. Dia bertanya apa kita bakal naik, kalau naik sepeda di parkir di warung nya saja, whaaah dia punya banyak usaha penjaga homestay, makelar jeep, ojek sekarang warung! Lol, kita pun ngikut pak Agus sampai warung nya, dekat dengan penanjakan di kaki bromo. Setelah menitipkan sepeda dan membeli air. Kita pun bersiap menapaki tanjakanke kawah bromo. Tapi kok aku keder ya, mengira - ira itu tanjakan setinggi apa, yaaih sekitar 2 kilometer lebih. Aku ngerasa lagi lemes tubuh ini berat nafas berat, sempat kepikiran ini gegara kecapekan. Setelah kuberanikan diri, kita pelan - pelan menapaki jalan terjal menuju tangga di kawah gunung bromo, pelan - pelan aja sambil antri dengan kuda yang dengan gagahny naik ke atas. Namun di tengah jalan aku udah benar - benar ga kuat rasanya kalau harus lanjut ke atas. Aku minta miss Nana ga bisanaik, kalau dia mau Naik aku nunggu dibawah. Dia bilang kalau aku ga naik ya dia juga ga naik. Akhirnya kuputuskan untuk tidak lanjut dengan berjanji ke diri sendir aku harus ke sini lagi. Kita pun turun, di tengah jalan kita mampir ke warung, untuk kembali menikmati gorengan seharga dua ribu lima ratus rupiah bonus cabe dan petis (khas gorengan di jawa timur adalah di colek ke bumbu petis nya :p). Saat menyantap gorengan kita mendengar si penjual yang orang tengger bercerita panjang lebar tentang hidup ke pada pengunjung yang dengan serius mendengarkan lol bahwa orang tengger sekolah adalah nomor 1, meskipun setelah sekolah mereka kembali meladang tapi yang penting mereka harus sekolah terlebih dahulu, (salut harus itu, orang - orang itu harusnya sekolah setinggi itu harus ingat bahwa Indoenesia itu alamnya kaya sehingga tidak perlu malu untuk meladang harusnya cari ilmu setinggi - tingginya untuk memajukan pertanian Indonesia begitu..?". Setelah makan kita kembali turun badanku udah terasa lesu dan berat makanya udah ga aktif lagi motret, keluar dari kaki gunung bromo keluar menuju lautna pasir baru terasa turunan ya kita tinggal meluncur cepat tanpa digowes. Berarti tadi kita berat itu karena menanjak lol. 



Mengikuti jalan kita menuju ke depan ke papan nama yang kontroversial yang pernah ditolak para pecinta gunung gegara merusak pemandangan TNBTS lol namun ternyata ini papan cukup eksis buat dipakai foto - foto, kita aja harus ngantri buat foto disini. Sebetulnya dari tempat ini ke bukit teletubies tinggal 3 kilometer lagi, namun aku yang udah lemah lunglai (halaah) mengajak miss Nana kembali ke Cemara Lawang, dia pun setuju. Kita kembali mengikuti jalan untuk kembali ke Cemara lawang, dari bawah kita bisa melihat mobil - mobil yang merangkak naik, wheleeeh kita kembali ke atas itu tuh, lihat tanjakannya. Diawal tanjakan aku sudah bisa gowes sepedaku, namun kembali aku merasa badan ini berat, nafas tersengal akhirnya aku turun dan menuntun sepeda, eeh ternyata saat menuntun sepeda lutut ku sangat sakit kalau dipakai menuntun hadeeeh serba salah ini. Beruntung tanjakannya ga begitu panjang mungkin 1.5 kilometer. Ga tahu ini kenapa badan ini sangat tidak enak, bahkan jalan kaki tanpa bawa sepeda cuman badan doang aja rasanya berat banget, pengen gletak itu di pinggir jalan. Namun pemandangan yang indah cukup memberi kekuatan hingga sampai keatas. Sebelum ke penginapan aku sempat mampir ke suatu mini market untuk membeli tolakangin berharap sedikit membut badan ku yang mungkin tidak enak karena masuk angin bisa segar lagi. Dan langsung kembali ke penginapan, di penginapan kita kembali di sambut pak Agus (oh My God he is everywhere :p) dia menawarkan sharing jeep ada yang menyewa jeep namun Cuma berdua, kemudian dia menawari kita jika ingin sharing dan ke bukit teletubies, namun badanku yang tidak fit khawatir bakal capek banget ntar dan besok ngedrop, jadi aku tolak dulu dengan halus. Kita pun di tawari sarapan kita, oiya udah kukasih tahu kan penginapan kita ini include breakfast, jadi setelah tadi kita muter - muter kita pulang ke penginapan sarapan kita udah siap nih (sarapan sih jam 8 tapi kita kembali ke penginapan jam 11 lol) kita menikmati sekotak nasi goreng dengan telor ceplok. Tapi karena aku ga selera makan, aku Cuma makan telur nya saja, lanjut meminum tolakangin, kita makan di ruang tamu. Saat menikmati makan ini jugalah, kita berpapasan dengan sepasang traveler yang akan check out, mereka bahkan memberi kita dua pop mie. Saat bercakap - cakap kita tahu bahwa mereka turun ke probolinggo menggunakan kendaraan umum, yang bisa di temui di pertigaan cemara lawang depan pintu masuk TNBTS. 

Pura POten dari atas

kaki kawah gunung Bromo
 
Biasanya kalau lagi bolang seperti ini, aku yang excited pengen ngajak keluar dan jalan - jalan terus, namun kali ini aku nglentruk habis makan langsung kembali ke kamar, dan meringkuk di bawah selimut, rasanya sangat teler Cuma bisa tidur aja. Merasakan badan yang tidak enak, tidak berapa lama kemudian badan ku semakin panas, dan demam hingga 39 derajat celcius. Melihat demamku yang tak begitu surut miss Nana sore harinya berniat keluar, aku nitip untuk dibelikan parasetamol kalaupun tidak ada dibelikan Fanadol saja karena juga mengandung parasetamol. Miss nana juga berbelanja sedikit camilan untuk membantu meminum obat, setelah kuminum dan istirahat, tidak berapa lama parasetamol bereaksi, demamku udah mulai turun, perutku udah mulai lapar. Malam hari menjelang maghrib kita keluar, untuk mencari makan cukup berjalan kaki lagi saja. 

hello Bromo sea of sand





Cemara lawang sore ini terasa lebih sepi dari kemarin, di pertigaan pintu masuk tidak banyak rombongan wisatawan seperti sore kemarin, bahkan tidak ada antrian di depan penjual sate, sehingga kita bisa dengan santai menikmati sate seharga 20 ribu seporsi dengan 10 sate plus lontong. Aku Cuma mencicip dua atau tiga tusuk sate. Aku masih menginginkan sesuatu yang hangat, saat perjalanan pulang ke penginapan kulihat ada penjual bakso di depan homestay yang lain. Kita pun kembali mampir membeli bakso, miss nana semangkok dan aku dibungkus satu. Di penginapan aku menikmati bakso ku namun juga Cuma beberapa sendok. Malam itu penginapan kembali kedatangan beberapa wisatawan. FYI penginapan di cemara lawang akan rame di malam hari namun sepi di pagi hari, karena biasanya jadwal tour nya kan dini hari, jadi setelah mereka datang istirahat sebentar jam 3 dini hari udah berangkat lagi hingga jam 10-11 pagi. So di pagi hari sepi. Waktu masih menunjukkan jam 7:30 malam, biasanya aku masih ingin menikmati waktu di tempat yang baru, namun aku masih teler setelah minum obat sudah kembali tertidur lelap. Berharap apakah kondisi ku akan membaik esok harinya untuk melanjutkan perjalanan …

To Be Continued …..

0 comments:

Post a Comment