SLIDER

Tuesday, January 16, 2018

Gowes Bromo Day 4 Back to Probolinggo "Bromo i'll be Back!"


Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) merupakan salah satu taman nasional yang terletak di Jawa Timur, Secara administratif terletak di 4 Kabupaten, yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo. Salah satu taman nasional yang sangat terkenal hingga di mancanegara karena pemandangannya yang memukau, yang menarik dari TNBTS adalah kompleks gunung yang dekelilingi oleh kaldera lautan pasir seluas 6290Ha batas kaldera berupa dinding bukit setinggi 200-700 m itulah yang kemarin kita daki dan turunan ketika memasuki kawasan TNBTS, sedang luas TNBTS sendiri sekitar 50.276,3 Ha. Terdapat beberapa gunung di area lautan pasir TNBTS yaitu gunung Batok yang justru leih sering dijadikan sebagai background foto bila berkunjung ke TNBTS, Gunung Bromo, Gunung Semeru. Karena terletak di 4 kabupaten maka  Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Bromo terdapat beberapa pintu masuk. Yang pertama pintu masuk wonokitri, pintu masuk Wonokitri bisa diakses dari Malang via jalur Nongkojajar, jalur Nongkojajar sangat dekat dari kota Malang namun jalur ini mempunyai trek yang sempit dan sulit di akses karena kecuraman tanjakan dan kelokan tajamnya. Jalur kedua via Tosari dari Pasuruan, dari Tosari sama seperti Nongkojajar nanti akan tiba di terminal Wonokitri yang lebih dekat ke Penanjakan 1. sedang pintu masuk selanjutnya terletak di Cemoro Lawang, bagi wisatawan yang berangkat dari Surabaya via Probolinggo bisa menuju ke TNBTS melalui jalur Cemoro Lawang. Bisa Via bayeman - Lumbang maupun   Jl. Bromo di Probolinggo, semuanya akan tiba di terminal Sukapura dan lanjut ke Cemoro Lawang. Dari Cemoro Lawang kita lebih dekat ke Penanjakan 2. 
 



Ketika bikepacking ke Bromo kemarin, karena kita menginap di Probolinggo kita mengambil jalur Cemoro Lawang. Yaitu start dari Probolinggo - Jl. Bromo - Terminal Sukapura - Sapikerep - Cemara Lawang. Jarak yang kita tempuh sekitar 45 km. dengan rincian kurang lebih nih kalau ga salah ingat, 7 kilometer awal dari Penginapan di probolinggo hingga terminal Probolinggo di Jl. Bromo trek masih datar, setelah itu 10 kilometer berikutnya hingga Jl. Raya Bromo trek udah menanjak halus, kita sarapan di Kilometer ke 16. nhaah setelah sarapan ini memasuki kilometer ke 20 hingga sukapura sejauh 15 km, jalan sudah di dominasi tanjakan dan menanjak, alias selain jalan miring ke atas kita akan menemui beberapa tanjakan. Jalur yang kita lewati hingga sukapura cukup lebar dan sepi, saat itu hampir tidak menemui antrian kendaraan pribadi yang mungkin sedang liburan, namun kita justru menemui banyak truk karena adanya proyek jalan Tol Pasuruan - Probolinggo. Dari Sukapura - CemaraLawang jarak sekitar 15 kilometer, namun jalan didominasi kemiringan terjal ke atas, alias miring keatas tapi lebih terjal, dan berkelak - kelok, jalan berupa aspal dan cukup lebar, setelah melewati pasar Sukapura kita sudah mulai menemui Jeep - Jeep untuk wisata ke Bromo, setelah memasuki sapikerep mungkin tapi masih sukapura juga, kita terkadang menemui trek rolling. Semakin ke atas kita melewati pemandangan yang indah tapi masih di dominasi rolling dan tanjakan.

Day 4, Thursday 28 january 2018

Tidak mudah memang bagi kita berdua gowes dari Probolinggo hingga ke Cemaralawang, dimana 31 Km ke Sukapura kita sudah disuguhi tanjakan, dan 15 Km Sukapura - Cemaralawang tanjakan yang sebenarnya menanti. Kelelahanku tiga hari ini semenjak hari pertama terjawab di hari ketiga dengan demam nya suhu badanku hingga 39 celcius. Mungkin karena hawa dingin di gunung, yang membuatku tidak sadar bahwa sebetulnya badanku demam sejak pagi. Itulah mengapa semenjak keluar dini hari aku sudah merasa lemas dan ada sesuatu yang salah di tubuhku karena terasa berat dan tidak bersemangat. Untunglah setelah meminum obat siang harinya demam ku sudah mulai turun meskipun belum yakin apakah besok demam ku tidak akan datang lagi dan sudah betul - betul membaik. 

penginapan kita di cemaralawang

kamar kita di homestay kamar kita plus kamar mandi dalam
Malam itu mungkin karena efek samping obat yang kuminum semalam sebelumnya atau memang aku butuh tidur, aku betul - betul tertidur nyenyak, meskipun kadang terbangun - bangun mata dan tubuh ini terasa sangat berat untuk diajak bangun. Hingga akhirnya jam menunjukkan pukul 6 pagi, aku pun bangun hanya untuk cuci muka dan gosok gigi. Sekali lagi maaf ya kita melewatkan jatah mandi. Tubuhku sudah terasa agak ringan sehingga cukup punya kekuatan untuk packing, sekitar pukul 7.30 kita sudah diberi tahu bahwa sarapan telah siap. Kita berdua pun menikmati sarapan di ruang tamu. Seperti yang kuceritakan di hari sebelumnya bahwa penginapan di kawasan Cemaralawang memang akan sepi di pagi hari, karena tamu yang biasa datang sore atau malam harinya sudah akan berangkat untuk tur sejak dini hari dan kembali sekitar pukul 10 - 11 paginya.  Setelah sarapan kitapun berpamitan, bersiap memasang pannier kita menuju terminal camara lawang, meski terminal bukan berarti terminal dalam artian sesungguhnya, namun tempat oper pelancong dengan kendaraan umum menuju kota terdekat, kita mendapat info sebelumnya dari traveler di depan kamar kita, bahwa di pertigaan depan pintu masuk TNBTS terdapat kendaraan umum yang membawa kita ke kota. Maka kita pun menuju kesana. 



peritgaan tempat kendaraan umum ke probolinggo
Yeeep dengan keadaan tubuhku yang sangat drop sehari sebelumnya aku memang tidak yakin bahwa hari ini bisa melanjutkan perjalanan nyepeda, maka untuk amanya kita berencana untuk naik kendaraan umum saja. Alternatif lain adalah dengan naik pick up sayur, kita diberi info bahwa setiap pagi pukul 7 hingga 11 akan banyak pick up pengangkut sayur maupun peladang dari cemaralawang ke Sukapura kita bisa nebeng pickup tersebut kebawah. Saat menuju pertigaan kita sempat melihat pick up yang dimaksud tapi kita belum berniat naik. Kita tetap menuju pertigaan terminal cemara lawang depan pintu masuk TNBTS kita berfoto sejenak sambil mencari - cari kendaraan umum yang dimaksud, ketika berfoto kita melihat sebuah mobil Elf dimana ada seorang seperti kenek yang langsung mencegat para penumpang jeep yang baru turun dari jeep setelah selesai tur dengan mengatakan "probolinggo - probolinggo berangkat masih ada terakhir" aku dan miss Nana sempat berfikir mungkin elf itu adalah kendaraan yang dimaksud sebagai kendaraan umum menuju probolinggo, aku dan miss nana sempat berpikir bahwa mungkin kendaraan umum tersebut berupa L300 colt yang lebih longgar dan ada rak diatas untuk sepeda kita. Karena memang banyak elf yang sepertinya mengangkut travelers ke Probolinggo maka aku dan miss Nana ragu untuk naik itu karena sepertinya akan tidak mungkin membawa sepeda kita di dalam Elf. 






Disekitar itu sebetulnya kita juga melihat beberapa mobil L300 yang berhenti kita berharap mobil itu juga kendaraan umum namum karena tidak menemukan sopir aku pun mengatakan bahwa kita gowes saja. Yaa dengan niat dan kekuatan berharap aku bisa cukup kuat untuk gowes. Miss Nana pun Setuju dengan catatan kita turun pelan - pelan dan mungkin akan banyak berhenti. Setelah diberi tahu jalur turun lebih bersahabat bila melalui penginapan kita, maka kita kembali turun menuju penginapan ke arah sukapura. Yaah memang benar jalur yang kita ambil lebih bersahabat, jalanan nya lebih luas dan tidak banyak mobil jeep. Maka kita pun bisa bebas untuk behenti berfoto dan istirahat. Tiba di pertigaan "Bromo" dimana pertemuan dari turunan tajam dan jalur kita, kita mulai berpapasan dengan banyak jeep yang juga turun mengantar penumpang ke bawah. Kita pun tidak ngoyo dan turun pelan - pelan. Ketika turunan mulai panjang, kita sempat berhenti lagi untuk memberi nafas kampas rem yang bakalan panas menggesek rim roda. Beruntung di bawah bukit di antah berantah ada satu warung sederhana dimana kita bisa mampir untuk istirahat, dan memesan the hangat dan ngemil gorengan panas. Si Ibu penjaja warung sudah cukup berumum menjajakan camilan seadanya di samping warungnya ada api unggun dan para pemuda yang menghangatkan diri. Harga the dan jajanannya cukup murah, satu gelas es the, rambak, dan gorengan kita Cuma habis 5 ribu rupiah saja. 



warung di antah berantah

kabut mulai turun
Kita kembali melanjutkan perjalanan ketika kabut sudah mulai turun, kabut yang semula hanya turun tipis - tipis lama kelamaan menebal, bahkan ada saat kabut sangat tebal hingga jarak pandang sekitar cuman 100 meter. Alhasil aku minta miss Nana untuk berhenti lebih dahulu karena terlalu berbahaya. Setelah kabut agak berkurang kembali kita menuruni jalur yang kemarin kita daki pembalasan dendam yang menyenangkan. Tapi turunan ini tidak semua mulus karena kemarin jalan rolling berarti hari ini pun ada beberapa tanjakan yang harus kita daki. Setelah turunan panjang dan beberapa tanjakan, kita mulai memasuki sukapura dengan ditandai oleh hilang kabut dan hawa yang sudah mulai panas. Kita pun turun hingga pertigaan sukapura. Di pertigaan sukapura kita sempat di sapa oleh Penjual Bakso Iga yang dulu kita sempat mampir waktu menuju Bromo. 

yang atas jalur jeep kita ambil jalur bawah







kabut menebal
Di pertigaan ini sekitar pukul 10.00 aku dan miss Nana kembali berdiskusi, sebetulnya jadwal hari itu adalah kita turun bromo sebelum ke Probolinggo kita mampir dulu ke air terjun Madakaripura. Namun dikarenakan kondisiku dan jarak dari Sukapura ke Madakaripura masih 17 km lagi ke arah lumbang, kita khawatir 17 kilometer itu akan berupa tanjakan. Dan dari Madakaripura ke Probolinggo akan membutuhkan waktu 36 Km lagi. Maka niat berkunjung ke Madakaripura pun harus kita urungkan. Well sorry ya tapi semoga ini yang terbaik. Setelah mengambil keputusan maka kita mengambil arah jalan menuju probolinggo. Dan melewati turunan tanpa henti ini yeaaaaah. Kita harus kembali berhati - hati saat memasuki kawasan proyek jalan Tol karena jalan aspal yang rusak dan becek dengan lumpur dan air bawaan truk. Selain itu juga kita harus berhati - hati dengan truk yang melintas. Akhirnya sekitar pukul 11.30 kita memasuki kota Probolinggo, kita berhenti di suatu minimarket terlebih dahulu untuk buang hajat dan beli air. Well karena kita telah tiba di daratan rendah kembali dengan matahari yang bersinar cerah badan yang beberapa hari ini belum mandi mulai terasa gerah lol namun karena waktu cek in masih lama, aku dan miss nana memutuskan untuk berhenti mencari makan siang dulu sebelum kembali ke Penginapan. Setelah berofoto di batas kota dengan tulisan Kota Probolinggo kita memasuki kota Probolinggo dan celingak - celinguk mencari tempat makan yang cocok, selain rawon dan soto :p juga bakso lol. Karena bingung akhirnya pilihan jatuh ke restoran cepat saji lokal yang menjajakan ayam goreng. Kita pun mampir membeli "makan" yang mungkin bisa disebut Cuma snack siang. Ketika kita sedang menikmati makan siang, ada satu keluarga yang datang ayah, ibu beserta anak mereka. Mereka duduk di meja sebalh kita agak kesana dikit, sebetulnya aku melihat gerak - gerik si ayah yang mengamati kita entah karena penasaran atau memang kita terlihat sekali seperti pelancong lol. Hingga akhirnya dia memberanikan diri mendekat dan berkata "kemarin sampai bromo jam berapa?" heeh kok tahu "kemarin saya papasan waktu kalian sedang mau naik ke Bromo" lanjutnya ,, whaaaaah kita agak surprise dan senang kemudian kita lanjutkan sedikit bercerita bahwa kita sampai bromo jam 5 khi khi dan menginap dua malam kemudian tadi turun jam 9 pagi. Setelah cukup bercerita dia kembali mempersilahkan kita menikmati makan siang kita dan dia lanjut kembali ke mejanya :D. whaah kita selalu senang dan excited ketika dalam perjalanan ternyata ada yang memperhatikan dan ingat sama kita :p setelah waktu menunjukkan jam 13.40 dimana hanya kurang beberapa menit lagi untuk waktu check in. maka kita pun bersiap untuk ke penginapan, dan di penginapan kita sudah di sambut kembali oleh si Bapak penjaga penginapan di Probolinggo "selamat datang kembali" sapanya ramah, setelah check in kita pun menuju kamar kita untuk istirahat dan berebut mandi, well di kota memang butuh mandi tidak seperti di Gunung yang berhari hari tidak mandi pun tidak berasa lol. 

civilization




makan siang kita
Siang itu kita hanya istirahat di kamar, namun ada satu kondisi yang kembali membuat cemas, di penginapan Cemaralawang di Bromo, sebelum turun aku sudah 3 kali ketoilet untuk membuat hasil pencernaan, bahkan baru juga buka pintu perut udah mules, begitu tiba di penginapan di Probolinggo ternyata perut ini juga mengalami hal yang sama bahkan hari itu sampai malam aku sampai 13 kali buang air Besar.  Sorenya setelah cukup kita istirahat siang itu, kita keluar untuk gowes menikmati suasana kota Probolinggo, kita menuju alun - alun jajan gorengan, tadinya mau masuk ke alun  - alun namun karena tiba - tiba dihadang oleh orang entah siapa dan diminta untuk memarikir sepeda mood ku udah jelek dan langsung balik kanan cancel untuk nongkrong di alun - alun. Akhirnya setelah gowes berputar kita menemukan sebuah halte, maka kita pun nongkrong di halte sambil menikmati camilan gorengan. Disaat itulah kita berpikir betapa public space itu memang sangat perlu lol so orang ilang kayak kita bisa duduk dan istirahat sejenak tanpa harus beli sesuatu atau bayar lol. Setelah ngemil kita pun kembali gowes muter Probolinggo mencoba menghafal jalan, dan melihat - lihat kawasan. Hingga malam tiba kita pun mampir ke sebuah warung makan chinese food yang telah kulihat sebelumnya yang terletak sebelum alun - alun. Warung yang cukup sepi namun masakannya lumayan enak cita rasa chinese food halal dengan harga yang terjangkau, malam itu miss Nana memesan Capcay sedag aku yang tidak nafsu makan hanya minta the hangat. 
tempat makan malam kita
Setelah makan dan sediki NR kita kembali ke penginapan, tiba di penginapan yang ternyata lumayan ramai dari hari yang terdahulu kita datang. Di depan Reception ada sekelompok bapak - bapak yang sepertinya sedang ngobrol, saat kita tiba sepertinya mereka berbisik - bisik, dan salah seorang menghampiri dan bertanya "Habis dari Bromo!" whaah kita jadi bahan pembicaraan sepertinya lol setelah ngobrol obrol singkat dia pun berkata "silahkan nikmati Probolinggo, besok kemana lagi …"
Yaa besok kemana lagi coba?? Nantikan tulisan berikutnya yaa

To Be Continue ….

Gowes Bromo Day 3 Bromo Here I am

 
"I wana go there!" ucap seorang bikepacker asal Jerman yang kutemui beberapa tahun lalu, sambil menunjukkan gambar gunung Bromo, batok, Semeru dipotret dipotret dari atas yang sedang tertutup kabut hingga setengah puncaknya yang menjadi cover peta Indonesia keluaran Jerman, gambar yang cantik yang memang pantas membuat para penjelajah untuk menjadikan bromo sebagai salah satu destinasinya. Begitu juga saya, keinginan kuat itu muncul gegara mumpung akhir tahun ini dapat rejeki yang dimana kalau diitung - itung bisa cukuplah buat bekal ke bromo, dan juga mumpung libur akhir tahun ini aku masih sedikit longgar, belum dibebani tugas - tugas dan kerjaan - kerjaan lembur. Meskipun akhir tahun itu bukan waktu terbaik buat berkunjung ke Bromo karena musim Hujan, musim terbaik adalah Juni - Juli, tapi kalau disuruh nunggu setengah tahun lagi wheleeeh yakin ini uang bisa bertahan dan ga yakin juga bakal dapat libur panjang lagi. So emang udah diniati dan harus kudu berangkat que sera sera aja, melihat seminggu sebelum berangkat cuaca itu hujan sehari - hari lol mana setelah kita tiba di cemara Lawang, malam harinya juga hujan menyapa bumi cukup deras dengan gerimisnya.

Day 3, Rabu 27 Desember 2017

Malam itu aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, rasanya selalu terbangun begitu masuk alam mimpi dan terlelap setiap melihat jam waktu ternyata baru berjalan sejam hingga akhirnya jam 2 pagi aku terbangun karena perut ini meminta jatah kamar mandi. Beruntung malam itu air panas sudah mulai bisa digunakan sehingga aku tidak akan terlalu mengigil. Jam setengah tiga kita sudah mulai bangun membuka mata. Yaa pagi dini hari itu kita memang sudah bersiap untuk gowes, miss Nana sudah menyampaikan niatnya untuk berburu sunrise di penanjakan. 

ngantri nunggu jalan jam 4 pagi brrrr

"apa rencanamu Cuma gowes ke bromo itu saja? Sudah tanpa berburu sunrise ke penanjakan?" well aku sebetulnya berpikir hari itu ya kita Cuma gowes ke bromo saja, besoknya bisa carter jeep untuk ke penanjakan atau keliling bromo lagi. Tapi entah kenapa ya aku mengiyakan aja pagi itu penanjakan. Well suasana penginapan sudah mulai rame, orang - orang akan bersiap untuk tur Bromo juga. Di luar penginapan, depan pintu masuk antrian panjang jeep suddah mulai panjang. Aku dan miss Nana juga mulai bersiap memakai Jaket sarung tangan dan sebagainya untuk terhindar dari angin dingin. Aku sudah mempersiapkan senter dan perlengkapan lain memang. Kita meninggalkan penginapan sekitar jam 3 lebih. Harus mulai lincah berbagi jalan dengan rombongan jeep. Beruntung sore sebelumnya kita telah sempat keluar, untuk berjalan - jalan hingga pintu masuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, sehingga sudah tahu trek menuju pintu masuk. Rombongan jeep tidak terputus hingga pintu masuk, kita harus pintar mencari celah jalan di sebelah pinggir. Di pintu masuk kita membayar tiket masuk sebesar 25 ribu rupiah, harga tiket masuk untuk hari kerja :p melewati pintu masuk sudah tidak ada lampu penerangan lagi, kecuali dari lampu jeep. Maka kita harus ekstra hati - hati. Beberapa ratus meter dari pintu masuk hawa - hawa mulai tidak enak nih. Ternyata karena jalan menurun tajam dan berkelok - kelok panjang whuaaaah tidaaaak berarti entar balik nanjak sadis ampuuun. Di turununan itu kita juga harus ekstra hati - hati, selain karena jalanan yang menurun tajam dan berkelok, jalan juga licin sehabis hujan kita juga harus ekstra waspada karena bersamaan dengan jeep. Berharap para pengemudi jeep itu masih bisa melihta dua sepeda yang juga ikut turun. Setelah turun panjang, kita tiba di jalan berpasir, dini hari itu pemandangan gelap gulita karena lampu hanya berasal dari lampu kendaraan. Aku masih bisa melihat area sekitar dengan cukup luluasa, bahkan tanda tulisan "Bromo Tengger Semeru" berwarna merah menyala di kejauhuan yang lagi hits prokontra nya (bener lho dari kejauhan aku bisa melihatnya lol) . 

kabut mulai turun


kayak di eropah lol
Sebelum berangkat, di penginapan kita sudah mendapat info dari embaknya karena tahu kita bawa sepeda, si embak penjaga penginapan telah memberi info arah penanjakan yang terdekat. Kita tinggal mengikuti jeep turun ke arah kanan, udha ikutin jeepnya aja. So di kegelapan malam kita mengikuti arah jeep, di kejauhan kita bisa melihat kerlap - kerlip yang merupakan lampu kendaraan merambat di atas bukit. Trek yang kita lalui terkadang cukup menyulitkan karena berupa pasir yang basah karena air hujan sehingga liat dan becek. Setelah tidak berapa lama, kita berhenti untuk istirahat sebentar, di tempat yang cukup ada kehidupan karena banyak tenda - tenda warung yang cukup terang dengan lampu - lampu neon dan cukup rame juga dengan para pemotor dan para pelancong yang mungkin sudah tiba sejak semalam. Di depan mata nampak jalanan mulai menanjak curam, well sial memang tempat itu dinamakan penanjakan bukan tanpa alasan, tentu saja karena jalan menanjak . Kita beristirahat menata nafas dan menunggu antrian jeep sedikit berkurang untuk mulai menapaki penanjakan. Jalanan licin dan gelap rasanya bikin aku mau jungkel (eh tahu ga arti jungkel apa ya bahasa indonesianya, jatuh terjerembab kali ya). Jalan yang sempit sedikit membuat kita kesulitan juga kalau mau berhenti dan ambil ancang - ancang. Ya sudahlah nuntun is not a crime :D. di jalur penanjakan ini (lupa penanjakan berapa) trek curam memang di awal penanjakan karena tinggi curam dan berkelok, setelah beberapa kilometer tanjakannya mulai lebih manusiawi untuk digowes. Namun ternyata jalan yang lebih manusiawi ini, justru dimanfaatkan para jeep ers untuk berhenti mencari tempat melihat sunrise lo. Karena setelah beberapa kilometer kita menemui kemacetan (hello jekardah) banyak juga orang - orang yang mulai turun dar jeep dan berjalan kaki, kita harus menuntun sepeda melewati kemacetan karena ada beberapa jeep yang berhenti. Satu setengah kilometer setelah kemacetan kita berhenti lagi. Aku sempat bertanya puncaknya mana, dan seseorang memberi tahu masih di depan sekitar 3 kilometer lagi. Kulihat di depanku masih ada bukit yang gagah berdiri didepan dengan kelap - kelip lampu kendaraan merambat naik, hollyymountain itu jalan masih nanjak setinggi itu? Aku menyerah saat mengetahui sebelum nanjak kita disuguhi turunan panjang, "no way, melewati turunan berarti balik harus nanjak lagi" kuutarakan keberatanku ke miss nana, udah cukup kita disini saja ya?beruntung miss Nana Setuju, so kita berhenti di jalan itu, dan ternyata banyak juga para pelancong yang berhneti disitu untuk menunggu sunrise. Sambil menuggu sunrise, kita tidak kesepian karena spot itu lumayan ramai, banyak penjaja kopi panas, dan juga ojek … lol .. "OJEK" betul ojek, para ojekers menawarkan jasa ojek menuju penanjakan juga pengantaran ke toilet lol hal - hal seperti inilah yang menjadi hiburan kita. Sambil menunggu sunrise, eh oh iya, kita sebetulnya ditawari ojek, dimana sepeda ditinggal disitu dikunci trus naik ojek ke atas. Uhmm tapi ga enak juga ninggalin kesayangaku di bawah lagi pula agak malas aja kalau diatas ternyata lebih ramai kayak lautan orang berebut foto, disini kita udah dapat spot. So kita tetap stay dibawah. Meskipun di titik ini kita tidak full melihat puncak gunung. Jam sudha menunjukan pukul setengah lima pagi, di kejauhan cakrawala langin mulai berpendar orange menunjukan matahari mulai merangkak naik ke cakrawala. Para pemburu sunrise sudah bersiap dengan gadget mereka, para action cam udah memasang tripod untuk bersiap mengambil timelapse. Ternyata yang merangkak bukan hanya pendar sinar matahari, namun juga KABUT! Gulungan kabut mulai turun menggulung semua yang dilewati termasuk pemandangan sunrise di depan kita … 

kabut tebal pagi itu

antri pisang goreng

Untuk beberapa lama kita dan orang - orang masih bertahan disini, berharap kabut segera turun dan berlalu, namun ternyata kabut bertambah tebal, bahkan setiap kita berbicara mengeluarkan uap air lol kayak di europe lol … setelah menunggu beberapa lama kabut tidak juga hilang, maka aku memutuskan untuk mengajak miss Nana turun. Kita pun bersiap turun, seperti berangkat tadi kita harus lihai menyelip di antara jeep - jeep yang masih parkir di sepanjang jalan. Karena banyak pelancong yang masih asyik narsis untuk berfoto.  Beberapa ratus meter kita turun, ada penjual gorengan dan minuman hangat, aku menawari miss Nana, apakah dia mau? Sambil menunggu antrian jeep. Kita pun berhenti mencicipi gorengan Pisang panas, diatas bukit yang diselimuti kabut tebal, P.S. pisang gorengnya itu 4 biji seharaga 10 ribu rupiah, masih standar lah.  Kita istirahat lumayan lama, karena antri pisang goreng, sambil berfoto - foto lol setelah jam menunjukan setengah enam aku melihat rombongan jeep udah mulai turun oiya sebelum berangkat si penjaga homestay berpesan kalau nanti kita mau turun agak siangan aja menunggu jeep - jeep pada turun. Maka aku mengatakan pada miss Nana, kita turun sebentar lagi, setelah agak sedikit sepi. Setelah kulihat udah mulai agak sepi, karena yang dari puncak belum mulai turun. Aku dan miss Nana pun kembali menuruni penanjakan, kabut tebal mulai turun kembali disertai rintik air yang mungkin air dari kabut. Jalanan curam pun menjadi licin karena air, sehingga cukup berbahaya karena beberapa titik ban menjadi selip, alhasil kembali saat turunan tajam dan berkelok, aku pun rela menuntun kembali lol, bahkan saat menuntun kita menyaksikan beberapa jeep hampir gagal karena memang jalan nya yang berkelok tajam. 
saat jeep udah mau turun





Akhirnya setelah tabah menuntun dan menggowes, kita tiba di ujung turunan penanjakan, tiba di areal yang banyak tenda - tenda warung tadi, kita istirahat sebentar di salah satu warung, untuk kembali menghangatkan badan dan mengisi perut. Aku memesan minuman cokelat hangat, miss Nana kopi, dan semangkok mie rebus instant untuk kita berdua.  Sungguh leganya akhirnya aku engga cuman mimpi bisa berkunjung ke Bromo dengan Sepeda pula, what a great journey. Di warung kita sempa ngobrol dengan beberapa orang yang terheran - heran melihat ada sepeda kecil kita di kawasan gunung Bromo ini. Kita juga tanya - tanya mengenai areal Bromo ini, meskipun aku juga sudah mencetak Peta Kawasan gunung Bromo (iyaaaps aku kembali ke model lama yaitu kembali googling dan mencetak peta kawasan wisata yang ktia kunjungi this is Fun biar ga ada yang kelewat). 

cokelat hangat buat angetin tubuh

sarapan di warung sebelum penanjakan si Ibu udah standby sejak jam 1 pagi

hijau hijai di kawasan TNBTS

Setelah menikmati sarapan yang seadanya kita bersiap untuk menjelajahi kawasan gunung Bromo ini, tentu saja bersiap untuk narsis juga yaah. Salah satu keuntungan juga mengunjungi wilayah Bromo saat musim hujan, pasir nya ini lebih padat sehingga bisa leluasa kita gowes di kawasan ini.  Saking luasnya kawasan ini, kita sampai bingung kudu pose dan angle bagaimana lagi ini.  Meskipun dipenghujung perjalanan aku nyesel karena kurangnya mengeksplor angle untuk berfoto - foto. Meninggalkan warung kita menyusuri gungun batok, menuju area kaki gunung bromo. Oiya meskipun namanya gunung bromo namun ternyata gunung batok itu lebih terkenal sebagai background fotonya lol. Di depan area kita tiba di parkiran jeep, banyak jeep - jeep yang membawa wisatawan terpakir. Saat kta akan memasuki melewati pagar, kita disapa seorang tukang ojek, menawari kita  ojek keliling areal, ternyata setelah dekat dia adalah pak Agus, penjaga homestay kita, yang ternyata juga mempunyai jasa Ojek juga lol,dia menggoda kita menawari jasa ojek,  kita bertanya sepeda boleh ga ini pak kita pakai keliling area "lha sepeda motor aja boleh kok sepeda ga boleh lol" begitu jawabnya, maka kita pun menuju gunung bromo dengan sepeda. Pasir disini lebih mempar isitilah orang jawa, lebih masir jadi sepeda agak lebih berat di gowes. 

pasirnya cukup padat untuk di gowes



Tiba di depan Pura, kita berfoto dan miss Nana masuk ke dalam, aku cukup menunggu diluar, dan terkadang sepedaku dipinjam buat properti foto lol. Oiya info dari pak agus kalau mau naik ke kawah cukup naik dari belakang pura saja, Tiba dibawah kaki gunung bromo, kembali banyak warung - warung berjejer menjajakan makanan, juga penjual kaos. Oiya areal di dalam pagas jeep sudah tidak boleh masuk, jadi harus ganti dengan kuda atau jalan kaki. Lumayan juga ini kalau jalan mungkin sekitar 2-3 km ya dari batas pagar.  Kembali kita di samperin Pak Agus kembali, dia ada dimana - mana lol. Dia bertanya apa kita bakal naik, kalau naik sepeda di parkir di warung nya saja, whaaah dia punya banyak usaha penjaga homestay, makelar jeep, ojek sekarang warung! Lol, kita pun ngikut pak Agus sampai warung nya, dekat dengan penanjakan di kaki bromo. Setelah menitipkan sepeda dan membeli air. Kita pun bersiap menapaki tanjakanke kawah bromo. Tapi kok aku keder ya, mengira - ira itu tanjakan setinggi apa, yaaih sekitar 2 kilometer lebih. Aku ngerasa lagi lemes tubuh ini berat nafas berat, sempat kepikiran ini gegara kecapekan. Setelah kuberanikan diri, kita pelan - pelan menapaki jalan terjal menuju tangga di kawah gunung bromo, pelan - pelan aja sambil antri dengan kuda yang dengan gagahny naik ke atas. Namun di tengah jalan aku udah benar - benar ga kuat rasanya kalau harus lanjut ke atas. Aku minta miss Nana ga bisanaik, kalau dia mau Naik aku nunggu dibawah. Dia bilang kalau aku ga naik ya dia juga ga naik. Akhirnya kuputuskan untuk tidak lanjut dengan berjanji ke diri sendir aku harus ke sini lagi. Kita pun turun, di tengah jalan kita mampir ke warung, untuk kembali menikmati gorengan seharga dua ribu lima ratus rupiah bonus cabe dan petis (khas gorengan di jawa timur adalah di colek ke bumbu petis nya :p). Saat menyantap gorengan kita mendengar si penjual yang orang tengger bercerita panjang lebar tentang hidup ke pada pengunjung yang dengan serius mendengarkan lol bahwa orang tengger sekolah adalah nomor 1, meskipun setelah sekolah mereka kembali meladang tapi yang penting mereka harus sekolah terlebih dahulu, (salut harus itu, orang - orang itu harusnya sekolah setinggi itu harus ingat bahwa Indoenesia itu alamnya kaya sehingga tidak perlu malu untuk meladang harusnya cari ilmu setinggi - tingginya untuk memajukan pertanian Indonesia begitu..?". Setelah makan kita kembali turun badanku udah terasa lesu dan berat makanya udah ga aktif lagi motret, keluar dari kaki gunung bromo keluar menuju lautna pasir baru terasa turunan ya kita tinggal meluncur cepat tanpa digowes. Berarti tadi kita berat itu karena menanjak lol. 



Mengikuti jalan kita menuju ke depan ke papan nama yang kontroversial yang pernah ditolak para pecinta gunung gegara merusak pemandangan TNBTS lol namun ternyata ini papan cukup eksis buat dipakai foto - foto, kita aja harus ngantri buat foto disini. Sebetulnya dari tempat ini ke bukit teletubies tinggal 3 kilometer lagi, namun aku yang udah lemah lunglai (halaah) mengajak miss Nana kembali ke Cemara Lawang, dia pun setuju. Kita kembali mengikuti jalan untuk kembali ke Cemara lawang, dari bawah kita bisa melihat mobil - mobil yang merangkak naik, wheleeeh kita kembali ke atas itu tuh, lihat tanjakannya. Diawal tanjakan aku sudah bisa gowes sepedaku, namun kembali aku merasa badan ini berat, nafas tersengal akhirnya aku turun dan menuntun sepeda, eeh ternyata saat menuntun sepeda lutut ku sangat sakit kalau dipakai menuntun hadeeeh serba salah ini. Beruntung tanjakannya ga begitu panjang mungkin 1.5 kilometer. Ga tahu ini kenapa badan ini sangat tidak enak, bahkan jalan kaki tanpa bawa sepeda cuman badan doang aja rasanya berat banget, pengen gletak itu di pinggir jalan. Namun pemandangan yang indah cukup memberi kekuatan hingga sampai keatas. Sebelum ke penginapan aku sempat mampir ke suatu mini market untuk membeli tolakangin berharap sedikit membut badan ku yang mungkin tidak enak karena masuk angin bisa segar lagi. Dan langsung kembali ke penginapan, di penginapan kita kembali di sambut pak Agus (oh My God he is everywhere :p) dia menawarkan sharing jeep ada yang menyewa jeep namun Cuma berdua, kemudian dia menawari kita jika ingin sharing dan ke bukit teletubies, namun badanku yang tidak fit khawatir bakal capek banget ntar dan besok ngedrop, jadi aku tolak dulu dengan halus. Kita pun di tawari sarapan kita, oiya udah kukasih tahu kan penginapan kita ini include breakfast, jadi setelah tadi kita muter - muter kita pulang ke penginapan sarapan kita udah siap nih (sarapan sih jam 8 tapi kita kembali ke penginapan jam 11 lol) kita menikmati sekotak nasi goreng dengan telor ceplok. Tapi karena aku ga selera makan, aku Cuma makan telur nya saja, lanjut meminum tolakangin, kita makan di ruang tamu. Saat menikmati makan ini jugalah, kita berpapasan dengan sepasang traveler yang akan check out, mereka bahkan memberi kita dua pop mie. Saat bercakap - cakap kita tahu bahwa mereka turun ke probolinggo menggunakan kendaraan umum, yang bisa di temui di pertigaan cemara lawang depan pintu masuk TNBTS. 

Pura POten dari atas

kaki kawah gunung Bromo
 
Biasanya kalau lagi bolang seperti ini, aku yang excited pengen ngajak keluar dan jalan - jalan terus, namun kali ini aku nglentruk habis makan langsung kembali ke kamar, dan meringkuk di bawah selimut, rasanya sangat teler Cuma bisa tidur aja. Merasakan badan yang tidak enak, tidak berapa lama kemudian badan ku semakin panas, dan demam hingga 39 derajat celcius. Melihat demamku yang tak begitu surut miss Nana sore harinya berniat keluar, aku nitip untuk dibelikan parasetamol kalaupun tidak ada dibelikan Fanadol saja karena juga mengandung parasetamol. Miss nana juga berbelanja sedikit camilan untuk membantu meminum obat, setelah kuminum dan istirahat, tidak berapa lama parasetamol bereaksi, demamku udah mulai turun, perutku udah mulai lapar. Malam hari menjelang maghrib kita keluar, untuk mencari makan cukup berjalan kaki lagi saja. 

hello Bromo sea of sand





Cemara lawang sore ini terasa lebih sepi dari kemarin, di pertigaan pintu masuk tidak banyak rombongan wisatawan seperti sore kemarin, bahkan tidak ada antrian di depan penjual sate, sehingga kita bisa dengan santai menikmati sate seharga 20 ribu seporsi dengan 10 sate plus lontong. Aku Cuma mencicip dua atau tiga tusuk sate. Aku masih menginginkan sesuatu yang hangat, saat perjalanan pulang ke penginapan kulihat ada penjual bakso di depan homestay yang lain. Kita pun kembali mampir membeli bakso, miss nana semangkok dan aku dibungkus satu. Di penginapan aku menikmati bakso ku namun juga Cuma beberapa sendok. Malam itu penginapan kembali kedatangan beberapa wisatawan. FYI penginapan di cemara lawang akan rame di malam hari namun sepi di pagi hari, karena biasanya jadwal tour nya kan dini hari, jadi setelah mereka datang istirahat sebentar jam 3 dini hari udah berangkat lagi hingga jam 10-11 pagi. So di pagi hari sepi. Waktu masih menunjukkan jam 7:30 malam, biasanya aku masih ingin menikmati waktu di tempat yang baru, namun aku masih teler setelah minum obat sudah kembali tertidur lelap. Berharap apakah kondisi ku akan membaik esok harinya untuk melanjutkan perjalanan …

To Be Continued …..