Blusukan Magelang Bersama #Lopen Semarang
Nhah pada tahun ini kita sudah menuntaskan perjalanan kita berburu candi di sekitar kota Klaten, maka sekarang fokus kita adalah kota Magelang. Sudah lama sejak kita bikepacking dan berburu candi, kita ingin menjelajahi kota Magelang dan menyusuri Candi – candinya. Aku dan miss Nana kali ini kembali
berpetualang tanpa sepeda, setelah bulan lalu kita menjelajah Gedong Songo
tanpa sepeda, bulan ini kita mendapat kesempatan untuk kembali bertualang tanpa
sepeda dengan mengikuti event yang diselenggarakan oleh Lopen Semarang untuk
menjelajah kota Magelang dalam event Blusukan Magelang #Kota1000Candi. Acara
yang dibatasi hanya untuk 30 peserta ini merupakan event kerjasama dengan
Komunitas kota Tua Magelang.
Sabtu tanggal 29
November aku dan miss nana tiba lebih awal dari peserta lainya sekitar pukul
06.30, sempat celingukan karena kita sama sekali tidak pernah mengikuti acara
seperti ini sehingga tidak mengenal orang orang yang lain untunglah ada Mima
dan Kiki yang merupakan teman ms. Nana di tempat nya bekerja, juga ada Tami dan
Dwi teman sepedaan kita, sehingga tidak begitu plonga plongo lah kita ini nanti
:D.
Setelah daftar
ulang kita pun memasuki bus dan berangkat sekitar pukul 8 kurang menuju
Magelang, didalam Bus untuk mengisi waktu maka panitia berinisiatif mengadakan
perkenalan dan bercerita mengenai masing – masing peserta yang mengikuti event
blusukan magelang kita kali ini. Dari rundown yang diberikan ada beberapa
tempat yang pernah kita kunjungi namun juga ada tempat yang sama sekali baru
yaitu #Candi_Selogriyo. Tiba di Magelang kita berhenti untuk menjemput teman
dari Komunitas Kota Tua Magelang yang nantinya akan menjadi Guide kita selama
di Magelang. Dari penuturan Mas Indra
(salah satu teman dari Komunitas Kota Toea Magelang) ada beberapa tempat yang
batal kita kunjungi yaitu Paroki karena romo Paroki sedang ada acara di
Semarang, juga tidak dapat masuk ke Museum Diponegoro karena penjaga pintu sedang layat (hadeeeh jadi ingat cerita kita ketika di
Lasem).
#Candi Ngawen
Tempat yang
pertama kali kita tuju adalah Candi Ngawen, candi yang terletak di desa Ngawen
kecamatan Muntilan ini dibangun pada masa peralihan masa Hindu ke Budha oleh
karenanya meski berupa Candi Budha gaya arsitekturnya sangat mirip dengan candi
Hindu. Ada beberapa keunikan di Candi Ngawen yang pertama adalah patung Singa
Penyangga yang terletak di setiap Sisi Candi, kemudian patung Jalan Air yang
merupakan gabungan dari beberapa binatang. Selain itu di Candi Ngawen ini
terdapat air yang terus menerus keluar dari bawah candi sehingga pemerintah
membangun saluran air di sekitar candi untuk mencegah Candi tersebut terposok
kebawah tanah. Pertama kali kita ke candi Ngawen pada tahun 2013 saat kita
bikepacking ke Borobudur (cerita dapat di lihat disini gowes waisak
)tanah disekitar candi Ngawen terasa sangat gembur dikarenakan air yang terus
mengalir dibawahnya dan rumput yang kita
injak juga terasa sangat tebal, namun sekarang rerumputan tersebut sudah di
uruk dengan tanah.
Candi Ngawen 2014 |
candi Ngawen tahun 2013 |
jalur air di candi ngawen tahun 2013 |
patung jalan air di candi ngawen |
patung singa di tiap sisi candi ngawen |
Tidak berapa lama
hujan pun turun meski kemudian berhenti namun sepanjang perjalanan kita di
Magelang hujan terus turun dan berhenti mengiringi perjalanan kita.
#Masjid Agung
Magelang
Destinasi kita
kedua adalah Masjid Agung Magelang , masjid yang terletak di samping Alun –
Alun Magelang ini merupakan masjid yang menjadi saksi sejarah dari Masa ke
Masa. Sambil mengetahui cerita mengenai Masjid Agung Magelang para peserta
dapat Melaksanakan Sholat Dhuhur, sedang aku dan miss nana menyempatkan
menikmati Kupat Tahu di salah satu PKL alun – alun.
Masjid Agung Magelang |
aloon - aloon magelang |
Setelah istirahat
sholat, kita melanjutkan perjalanan kali ini bus menyusuri Jl. Ikhlas dimana
terdapat banyak bangunan kuno, sambil mendengarkan penjelasan dari Guide
Komunitas Kota Toea Magelang yang menceritakan banyak kisah menerik mengenai
kota Magelang.
#Museum Diponegoro
Yup lanjut
destinasi selanjutnya adalah museum Diponegoro, dimana museum ini juga sering
dipakai sebagai tempat Resepsi pernikahan. Dan karena tadi sudah disebutkan
dimana si pembawa kunci sedang Layat ke Semarang maka kita pun tidak bisa masuk
ke dalam gedung museum hanya bisa menilik dari luar, namun kita dapat menikmati
suasana taman dan Gazebo di sekitar museum dimana pada jaman belanda dulu
tempat ini dijadikan markas oleh Belanda untuk melihat Pergerakan Pangeran Diponegoro
di malam hari.
museum diponegoro |
LIngga Yoni yang masih utuh |
Monumen UGM |
Ditempat ini juga
terdapat monuman Universitas Gajah Mada yang ternyata dulu pernah ada di
Magelang, dan satu lagi didekat monumen UGM terdapat peninggalan Lingan Yoni
yang masih utuh, waah. Masih dibawah gerimis dan rintik hujan setelah
berkeliling museum kita kemballi melanjutkan perjalanan.
#Masjid Tiban
Nama asli masjid
ini sih Masjid Jami Baitul Muttaqin namun lebih dikenal dengan sebutan Masjid
Tiban dikarenakan yang konon masjid ini Tiba – tiba muncul dan bergeser 200
meter dari tempat aslinya. masjid tiban ini masih bergaya arsitektur lama
dengan pondasi – pondasi Kayu yang besar, juga mimbar khotbah dan tentu saja
Bedug nya meski berukuran kecil namun kita dapat melihat bahwa kayu yang
digunakan sudah cukup tua. Begitu pula kulit yang digunakan.
Masjid Tiban |
Bedug di Masjid Tiban |
Kali ini kita cepat saja di masjid tiban,
selanjutnya kita menempuh perjalanan yang cukup jauh keatas bukit, dengan jalan
yang menanjak juga hutan hutan duuh rasanya asyiik jika kita gowes disini.
#Candi Selogriyo
Last but not least setelah menempuh
perjalanan panjang dibawah rintik hujan kita pun tiba di Candi Selogriyo,
karena bus tidak dapat masuk ke kawasan Selogriyo. Maka perjalanan menuju Candi
Selogriyo pun kita lanjutkan dengan hiking atau treking sejauh 3-4 kilometer. Dan
tentu saja menjadi lebih dramatis dengan berselimut kabut dan diguyur rintik
hujan. Kita pun memulai perjalanan menuju candi selogriyo dengan trek yang
menanjak hingga pintu masuk didusun campur rejo. Tiba di pintu masuk jalanan
sudah di paving namun perjalanan kembali kita lanjutkan di beberapa trek
sedikit sulit karena tanah berlumpur dan licin.
uugh masih jauh men |
gerbang kawasan candi selogriyo |
candi Selogriyo di tengah bukit |
Candi Selogriyo terletak di lereng bukit
Giyanti dengan ketinggian 740 mdpl cukup unik. Ada sebuah bilik (garbagraha)
yang sudah kosong di dalamnya. Diperkirakan di tempat ini dahulu ada lingga dan
yoni sebagai bentuk lain dari Syiwa Mahadewa. Candi Selogriyo yang terletak di
kecamatan Windusari ini memang kecil namun menyimpan sejuta pesona hamparas
sawah terasering ditepian jalan setapak, gunung sumbing dan gunung merapi di
barat dan timur. Candi ini memang lebih terkenal di antara turis asing sebagai
tempat untuk menikmati sunrise.
Dicandi karena hujan sudah turun kita
memang tidak bisa leluasa untuk berkeliling melihat – lihat candi selogriyo. Maka
setiap peserta pun ada yang berteduh di joglo, atau dibawah pohon juga di
warung kecil disebalah candi, dimana kita menikmati sop Senerek sup bening
dengan wortel dan kacang merah yang khas, selain itu ada juga sayur bsawi hijau,
sambal tomat, tempe bacem dan aneka gorengan. Para pesertapun dengan lahap
menyantap makan siang yang telah disediakan. Dan satu lagi dicandi selogriyo
dibelakang warung ada mata air yang terus mengalir, konon bisa bikin awet muda
:p.
Selesai menyantap makan siang, dibawah guyuran
hujan kita pun mendengarkan kisah mengenai candi Selogriyo oleh Mas Indra juga
terdapat kuis kuis yang berhadiahkan pin candi selogriyo. Sekitar 2 kilometer
sebelah utara candi terdapat curug atau air terjun namun karena hujan yang
terus turun dan juga waktu yang semakin sore, maka panitia tidak berani membawa
kita kesana untuk ciblon (alias turun ke air mandi). Maka sekitar pukul 5 sore
kita pun kembali berjalan turun untuk kembali ke Semarang.
Kita tiba kembali di Pom Bensin UNDIP
sekitar pukul 8.30 malam dan kembali kerumah masing – masing. Haduuuh demikian
perjalanan kita seharian ini berkeliling alias blusukan Magelang
#Kota1000Candi, untuk pertama kali mengikuti event bersama orang yang tidak
dikenal dan diselenggarakan juga oleh orang yang tidak dikenal kali ini tidak
mengecewakan karena kita ternyata banyak mendapat pengetahuan baru juga
mengenal tempat yang sepertinya mustahil dapat kita jangkau dengan sepeda, but
Who Knows he he siapa tahu nanti kita mejeng dengan sepeda kita.
See you in The Next Adventure
WH05.06.12.2014
Kalau pusing baca tulisanya just watch my video down here
Ulasannya keren banget, Kak. Bisa ngerasain keseruannya lagi. Apalagi fotonya banyak.hehe. :D
ReplyDeleteahahahaha apalag artinya masa lalu juga masa depan, tanpa adanya photo :p
Delete